13 -

137 22 9
                                    

Dengan isi ruangan yang kosong tapi terlihat megah, terdapat satu kursi yang terbuat dari tulang belulang. Di belakang kursinya terpampang sebuah banner dengan motif hitam bercorak kuda, dan didalam corak tersebut ada satu "Skull Knight" yang menungganggi kudanya.

Pada kursi itu hanya ada satu orang yang boleh mendudukinya, yakni—Sang Raja. Seseorang yang sudah mempunyai tahta-nya sendiri. Maka, ruangan itu pun disebut, Ruang Tahta.

Dengan ruangan sebesar itu, banyak sekali prajurit kelas Elit yang mengikuti perintahnya. Tapi, sayang sekali—sekarang ini.. pasukan-pasukan itu telah tumbang oleh satu orang berkekuatan dahsyat. Ruang Tahta pun sudah hancur lebur, dengan kondisi yang sangat parah.

"Kita pergi, Traxex." Carl menggendong satu wanita yang sudah kehabisan banyak darah. Ia melayang ke atas dan terbang—pergi meninggalkan Istana Fortress of Despair.

Di dalam ruang tahta. Sang Raja, Abaddon, berusaha berdiri tegak. Satu tatapan yang tertuju langsung ke arah kuda miliknya, kuda itu.. tergeletak dan mati. Sambil memandangi ruangannya, Abaddon bisa mengetahui bahwa serangan yang diberikan Invoker sungguhlah dahsyat. Dalam sepuluh kali serangan—Abaddon kewalahan dan tidak bisa mempertahankan Istana dan juga pasukannya.

"Orang itu..." gumamnya kesal. "Tidak bisa kukalahkan."

Abaddon sadar diri setelah melihat kekuatannya. Tapi mau bagaimana lagi, itu semua sudah terjadi—dan Abaddon mulai menyadari bahwa masih banyak orang kuat yang dapat menandingi kemutlakan yang ia miliki sebagai Raja.

"Datang tiba-tiba hanya untuk mengambil energi gelap yang keluar dari tubuhku. Sebenarnya apa yang kau rencanakan, Rubick?" Abaddon bertanya-tanya, sangat heran setelah Invoker mengalahkannya, dia cuma mengambil aura negative yang ada pada tubuhnya.

Abaddon mulai berjalan perlahan, ia berjalan di atas tumpukan mayat yang penuh dengan darah. Sampai langkah kakinya berhenti di depan anaknya, Helcurt. "Kau sudah berjuang keras, wahai pendampingku. Dan sekarang, waktunya bagimu untuk pergi menemui Vexana." ucap Abaddon seraya membuka portal teleportasi.

Abaddon mengangkatnya, lalu ia melempar tubuh Helcurt yang tak sadarkan diri ke dalam portal tersebut. Dalam sekejap, portal itu pun langsung lenyap. Baginya, sudah tak ada lagi yang harus ia lakukan sebagai Raja. Ambisi Abaddon adalah satu hal yang paling membuat dirinya terobsesi soal kekuatan—yang mutlak dengan status Raja Yang Paling Ditakuti.

Tapi..
Setelah istananya hancur oleh Invoker, dan juga kekalahannya yang tak bisa dibantah. Abaddon pun mulai meratapi kekesalannya karena ia bukanlah Raja Terkuat. Obsesi, Ambisi, dan Keserakahannya hilang setelah Invoker mengalahkan dirinya. "Nah, sekarang.. kau harus menggantikan posisiku sebagai Raja, Leomord."

Abaddon kembali berjalan menuju kursi tahta yang masih berdiri kokoh. Tulang belulang itu sangat kuat sehingga tak ada satupun yang keropos ataupun retak. Kemudian, Abaddon pun duduk dan meratapi kekalahannya.

...

--Underworld--
Hari ini adalah hari yang begitu menenangkan, dengan langit malam yang dipenuhi bintang-bintang yang berkelip indah. Lunox, duduk di ayunan yang terbuat dari pahatan kayu—dan dikaitkan di batang pohon besar di belakang gereja.

Ia mengayunkannya secara perlahan, perlahan, perlahan, sampai tak terasa kalau ayunannya sudah semakin tinggi. Ia tersenyum dan tertawa—menikmati permainannya sendiri. Lunox.. merasa puas, tanpa seorang teman.

Sejenak, ia menghentikkan ayunannya. Lunox masih duduk di ayunan tersebut sambil memegangi dua tali penyangga—ia terdiam dan menatap bintang-bintang. Terhitung sepuluh detik menatapnya, Lunox takjub setelah melihat ada satu bintang jatuh yang menukik cepat ke bawah.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang