35 - Mata Indah Yang Mencekam

116 6 0
                                    

Sudah 4 hari berlalu, akhirnya Lunox mendapatkan teman baru, yaitu Aurora. Meskipun masih belum terbiasa mengobrol dengan orang lain—Lunox adalah gadis yang mudah berbaur.

"Hum~ Hum~ Hum~" telapak tangan kecil nan lembut tengah menggenggam pisau, Lunox memotong sayuran sambil bersenandung. "Sebentar lagi Tn. Tigreal akan datang. Masakanku harus cepat selesai."

Hal luar biasa melihat seorang gadis remaja berusia 12 tahun melakukan banyak tugas di dapur. Urusan rumah tangga dikediaman Tigreal selalu dilaksanakan oleh Lunox karena kemauan sendiri, bukan karena disuruh ataupun karena tuntutan.

Justru apa yang ia lakukan selama tinggal disini merupakan hal yang menurutnya memang patut dijalani.

"Silva pernah bilang padaku untuk bisa berbaur dengan outworld, karena dari itulah Silva menitipkanku pada Tn. Tigreal." memikirkan hal kecil berujung timbul rasa penyesalan.

Disaat Lunox memasukkan potongan sayuran kedalam panci berisi air mendidih, ia pun melakukan tugas yang lain seperti menyiapkan piring serta gelas ke atas meja.

Beberapa saat ketika ia menaruh beberapa piring—terdengar suara pintu depan tiba-tiba terbuka, dan disanalah sosok Tigreal tengah berdiri diambang pintu bersama Natalia yang sedang menggendong anak kecil beriusia 7 tahun.

"Ah, Tuan dan Nyonya sudah pulang!" spontan kaget, Lunox segera mempercepat masakannya.

Ia menaikkan suhu kompor dengan derajat yang sangat tinggi. Oh, tidak.. Lunox dalam mode panik.

"Lunox?" sempat heran melihat gerak-gerik gadis tersebut. "...Lunox, hey.."

Pada akhirnya, kepanikan Lunox menyebabkan masalah pada dirinya sendiri. Air mendidih yang akan dijadikan sup itu terciprat kemana-mana sehingga mengenai wajahnya.

"Ouch!" rasa sakit nan perih sangat terasa, Lunox mundur satu langkah dan mematikan kompor itu secara reflek.

"Kami sudah datang. Kukira kami akan disambut olehmu." Tigreal berbicara dengan tenang.

"...Maklumi saja, Tig. Dia masih terlalu dini untuk melakukan tugas ibu rumah tangga." balas Natalia seraya menurunkan puteri kecilnya.

Lunox masih tidak terlalu paham dengan aturan di dunia ini, melihat Tigreal dan Natalia sudah mempunyai anak sedangkan mereka belum menikah. Disisi lain, Lunox sendiri penasaran apakah hal seperti itu juga berlaku di underworld.

"Ayo, Freya. Waktunya tidur." ucap Natalia seraya menggandeng tangan puteri kecilnya.

Freya kecil sih nurut-nurut aja, toh ia adalah gadis kecil yang amat sangat penurut.

"Bukankah terlalu cepat menyuruh Freya tidur? Maksudku.. ini masih jam 7 malam." Tigreal memotong.

"Dari sekarang, aku hanya ingin fokus pada Freya. Urus saja dirimu sendiri, Tig." namun demikian, Natalia selalu saja menunjukkan sisi ke-egoisannya.

Perkataan itu sangat menyayat hati, Tigreal jadi tidak enak pada Natalia karena masih belum bisa menikahinya. Tapi.. "Yah, kurasa Natalia benar-benar harus dinikahi. Mungkin sikap acuhnya itu bisa hilang." gumam Tigreal kemudian.

"Jadi... katakan padaku, Lunox. Kenapa kau sampai teledor saat memasak?" pandangan Tigreal beralih pada Lunox yang tengah berdiri di depan kompor.

"Aku—panik ketika melihat Tuan dan Nyonya kembali."

"Hoo," Tigreal bereaksi. "Kemarilah, biar kuobati lukamu."

Dengan lemah lembut, Tigreal mengolesi salep dibagian pipi Lunox yang sedikit melepuh. Pastinya air mendidih sangat panas jika terkena kulit. Tapi hal ini bisa dijadikan pengalaman dan pelajaran baginya.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang