Silvanna menatap langit cerah dari balik jendela, siang hari di outworld benar-benar berbeda jika dibandingkan dengan underworld. Entah sudah berapa tahun ia tinggal disini—mencari tempat aman terutama kebebasan untuk Lunox.
Namun sayangnya.. satu rasa yang ia pendam tidak bisa ditahan lagi. Kepergian Dante tanpa kabar membuat Silvanna harus kuat, bahkan lebih kuat 'tuk dapat merawat anak pertamanya.
Kabar gembira dan duka.
Bayi yang ia lahirkan diberi nama Alucard—nama yang tak asing bagi kalangan vampir. Disisi lain, perginya Dante menyebabkan lepasnya tanggung jawab sebagai ayah. Tidak, bukan itu, Silvanna tidak pernah menganggap Dante melepas tanggung jawabnya.Hanya saja...
"Penyakit dan kutukan ini adalah tanda bahwa kau pernah hidup bersamaku." Silvanna berkata sambil tersenyum hangat, mengelus rambut pirang si kecil.Hembusan angin tiba-tiba masuk melalui jendela, Alucard sampai menggigil karena hawa-nya sedikit dingin. Perlu diketahui bahwa Alucard tumbuh lebih cepat dari orang biasa. Sistem immune dan darahnya didapat dari sang ayah, yakni Dante.
Silvanna tidak pernah mengira hal ini bisa terjadi, dimana ia berhasil melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan dan lucu. Well, menjadi ibu memang tak mudah, apalagi kondisi tubuh Silvanna sampai saat ini belum baikan.
Setelah kepergian Dante, mansion yang ia tinggali sudah memperlihatkan banyak debu dan juga kotoran. Jangan salahkan Silvanna, terhitung ia tidak pernah menyewa pembantu ataupun sejenisnya. Selama ini.. hanya mereka berdualah yang tinggal.
Meskipun orang-orang spesial masih berkunjung dua minggu sekali, bukan berarti mereka bakalan mau membersihkan mansion besar seperti ini.
"Apa kau sudah punya teman?" dari posisi yang tak berubah, Silvanna melempar pertanyaan pada Alucard.
Wajahnya yang lucu bereaksi terhadap sang ibu, kemudian Alucard tersenyum lebar dan memperlihatkan ekspresi yang sangat menggemaskan.
"Aku tidak butuh teman. Yang aku butuhkan cuma ibu." pelukan hangat ia berikan, walaupun ia sendiri tidak tahu kalau kata-kata tersebut menyentuh hatinya.
Yah, ini semua tidak akan terjadi jika Silvanna tidak bertemu Dante. Ini semua tidak akan terjadi jika Rubick tidak membawa Silvanna ke outworld. Roda terus berputar menunjukkan perubahan hidup serta siklus dalam dunia.
"...Setelah kau tumbuh sedikit besar. Ayo kita pergi ke taman—Nanti ibu belikan kursi roda agar kau bisa menjaga ibu berkeliling kota."
"Baik, aku akan senang sekali bila harus mendorong kursi roda ibu. Dan jangan lupa, Bu.. aku ingin masuk ke sekolah ternama."
Tanpa ragu, Silvanna menjawab dengan penuh ketulusan, "Tentu. Ibu akan memasukkanmu ke sekolah yang kau inginkan."
Hembusan angin kembali masuk melalui jendela kamar, mengibas rambut panjang Silvanna yang tanpa ikat rambut itu. Namun wajah cantiknya tetap berkilau layaknya sinar matahari pagi yang menyegarkan.
...
-- Rumah Johnson --
"Hey, mau kemana kau? Jangan main jauh-jauh, ingat itu!" teriak Johnson pada puteri kecilnya."Wleeee~ aku mau main sama Zilong, dia sudah menungguku di ayunan!" si puteri kecil menutup pintu rumah dengan kencang.
Rambut pirang twintail diikat secara rapi menyerupai barbie. Wajah manisnya juga membuat cahaya matahari menyorot ke arahnya. Layla adalah gadis Sekolah Dasar yang tak memiliki banyak teman, setidaknya satu teman sudah cukup bagi Layla seorang.
"Ayah, aku ada acara di kampus. Sekarang juga harus berangkat karena mengejar waktu. Jadi.. bolehkah kupinjam mobil ayah?" seorang mahasiswa ngomong seenak jidat, ialah Saber.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)
Fiksi PenggemarIni adalah SEQUEL Lunox di "MOBILE LEGEND FANFICTION" yang saya buat. So, kita bakal melihat kehidupan Lunox dari ia lahir sehingga ia bisa menjadi wanita dewasa. Dan ini bisa jadi akan tertuju pada semua HERO. So~ Happy Reading~ ©Wibukun