2 -

293 29 13
                                    

Silvanna mengedipkan mata, pandangannya masih sangat buram dan kabur untuk mengingat kejadian sebelumnya. Ia cuma ingat kalau dirinya sedang menangkap Dante dan tiba-tiba saja..

"Aku.. pingsan?" gumam Silvanna sendiri.

Saat ini, ia duduk dan bersandar di pohon besar yang letaknya dibagian hutan paling dalam. Dante berusaha menjauhi prajurit kerajaan ini dari wilayah desa agar tidak menimbulkan kepanikan.

"Sial.. Dante.." Silvanna mencoba berdiri namun— "Ugh!" ia merasakan nyeri yang sangat sakit diperutnya.

"Lebih baik kau diam dan beristirahatlah." ucap Dante yang baru saja muncul sambil membawa beberapa Ikan hasil tangkapannya.

"Mau apa kau?" Silvanna bertanya diposisinya yang masih setengah berdiri sambil memegangi perutnya.

Dante tak menjawab pertanyaan itu, justru yang harus bertanya adalah Dante. Tapi karena ia tahu kalau berhadapan dan beradu argumen dengan seorang wanita itu.. tidaklah mudah.

"Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu, soal Bayi itu dan juga.. dirimu." kata Dante seraya menaruh ikannya dibawah pohon. "Tapi untuk saat ini, kau harus makan. Ah, maafkan aku karena sudah memukul perutmu."

"Diam! Jangan mengasihaniku, dan biarkan aku membawamu ke Kerajaan, Dante!"

"Mana mau aku menuruti kata-katamu, Silvanna. Dari dulu kau memang selalu memaksakan diri, dasar wanita." batin Dante. "Segitunya 'kah kau tunduk pada Raja?"

Melihat Silvanna bersikeras dan kekeh ingin membawa dirinya ke hadapan sang Raja. Dante mulai beranggapan bahwa Kapten yang memimpin dua prajurit ini telah dimanfaatkan oleh Raja yang biadab dan tak tahu diri. Ya, itu cuma anggapan Dante saja.

Dante akan membicarakan hal yang sangat penting, terhitung ia bisa dekat dengan Silvanna dan berhasil membuatnya lumpuh. Tapi.. benar kata Dante, sekarang waktunya mengisi perut. Itu yang lebih penting.

"Hei, aku akan membakar Ikan ini. Dan kau harus memakannya, setelah itu.. ayo kita bicara." ucap Dante sambil membersihkan sisik ikan dengan pisau besarnya.

Silvanna terdiam, ia tidak mau menatap wajah Dante yang ia anggap jijik. Mengetahui bahwa Dante adalah seorang Vampire membuat Silvanna sangat keberatan dengan kebaikan pria itu.

"Apa kau mencoba mengalihkan pandanganmu dariku? Kau tidak berpikir kalau aku akan menghisap darahmu, Silvanna?" tanya Dante kemudian.

Wanita berkepang ini masih diam dan terus membuang muka, ia pun tidak merespon ucapan Dante. Lalu, tak lama kemudian.. Silvanna dan Dante mendengar suara langkah kaki yang sedang mendekat ke arahnya.

"Cih—Padahal aku baru saja mau bersenang-senang." ucap Dante menyiapkan kedua pistolnya.

"Hmph! Kau tidak akan bisa kabur lagi, Dante. Sebentar lagi kedua pasukanku akan datang menghabisimu." kata Silvanna sedikit menyombongkan diri.

Dante menyiapkan dirinya untuk siap bertarung, saat ia mencium bau tubuh dengan indra penciumannya yang tajam.. Dante mulai sadar kalau yang akan dihadapinya itu bukan cuma dua orang. Melainkan.. lebih.

"Ikut aku!" dengan cepat, Dante menarik dan menggendong Silvanna.

"H—Hoi!" reflek, Silvanna pun memukuli punggung Dante. "Apa yang kaulakukan! Aku ini pasukan kerajaan! Kau tidak bisa bertindak seenaknya!"

"Aku tidak mencium bau tubuh pasukanmu. Mereka yang datang bahkan berniat membunuhmu juga, Silvanna." jawab Dante masih berlari sambil menggendongnya.

"Apa? Apa maksudmu? Hei, turunkan aku cepat!" Silvanna tak bisa melawan, percuma saja karena tombaknya tidak ada ditangannya.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang