14½ - 🍋

1.1K 26 9
                                    

18+
THIS CHAPTER CONTAIN HARD LEMON!
Bagi yang gak mau baca bagian ini, bisa di skip ke episode berikutnya
.
.

Di satu tempat yang tidak jauh dari Istana, ada satu bangunan kecil yang tadinya dipakai untuk mengatur strategi, sekaligus tempat istirahat untuk ke-empat Prajurit—yang di pimpin oleh Silvanna.

Dan di dalamnya,
Terdapat dua orang yang sudah bisa kita anggap sebagai sepasang kekasih. Kini, mereka sedang menikmati satu momen kehangatan yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup.

Bagi Silvanna, ini tidak akan menjadi masalah. Ia tahu bahwa setiap orang membutuhkan ini—Hasrat, Cinta, Kasih Sayang, dan Persetubuhan. Silvanna tidak pernah mau menjadi orang munafik, karena dari itulah.. rasanya sangat berat saat ia ditugaskan untuk menangkap Dante, yang padahal ia sendiri mencintainya. Jikalau ada sebuah pertanyaan muncul di benaknya, Silvanna lebih memilih untuk mencabut statusnya sebagai seorang Prajurit. Ia.. akan terus mencintai Dante.

Mungkin sudah menjadi sebuah tekad baginya.
"Ya, ini tidak masalah..." batinnya sambil membiarkan Dante membaringkan tubuhnya.

Silvanna tidak mau berontak apalagi melawan, semua yang sudah ia lalui akan terbalaskan dengan apa yang Dante lakukan saat ini.

"Dante....." gumamnya. Silvanna dapat melihat bola mata si vampir yang begitu merah, terpancar layaknya sedang menyorot dan menghipnotis dirinya. "Kau harus melakukannya, agar aku tahu betapa kau mencintai diriku, Dante."

Dante menelan ludah, bukan karena ia tidak sabar ingin melakukannya. Tapi.. melihat posisi Silvanna yang terbaring tanpa pakaian itu—membuat Dante ingin sekali menggigit lehernya, dan menghisap darahnya.

Detik-detik sebelum mencium leher putih itu, Dante pun mulai melepas pakaian yang ia pakai. Jubah merahnya di lempar dengan asal dan langsung menyambar leher Silvanna... "Tolong hentikkan aku jika aku lepas kendali." Dante sempat berbisik kepadanya.

Silvanna hanya tersenyum, ia tetap membiarkan Dante yang sedang menggerayangi lehernya. Sesekali—"Uhhmm..." Silvanna mengeluarkan desahan yang terdengar sangat imut.

Entah kenapa, aksi Dante begitu agresif dan juga ganas. Berbeda dari ciuman sebelumnya, kini yang Dante lakukan benar-benar membuat tubuh Silvanna semakin panas.

"Ah, Dante..." Ia merasakan adanya gigitan kecil dilehernya. Namun tak sedalam apa yang ia pikirkan. "Aku masih bisa menahannya."

Silvanna mencengkeram rambut Dante yang putih, ucapan itu keluar secara tiba-tiba. Dan membuat Dante semakin ingin menggigitnya lebih dalam. Tapi..... "RRRGGGHHHH!!" pria vampir itu merapatkan giginya kuat-kuat, berdeham seakan-akan ingin menjerit.

Melihat Dante seperti itu, spontan Silvanna kaget dan langsung memeluknya. Ia berkata.. "Tak apa, aku milikmu sekarang, Dante. Lakukanlah apa yang kau inginkan. Aku.. sudah siap dengan semuanya."

Dante benar-benar akan lepas kendali, tadi itu ia menahannya sehingga pancaran matanya terlihat sangat merah. Ah, pelukan Silvanna terbilang cukup bisa membuat dirinya kembali tenang. Matanya yang merah terang itu—kembali normal, dan menatap Silvanna dengan senyuman kecil di wajahnya.

"Aku tidak akan membiarkan insting hewan-ku keluar, Silva. Aku akan melakukannya sebagai seorang pria." kata Dante.

Vampir itu melumat bibirnya kemudian, dengan perasaannya yang tenang dan lebih sejuk. Ya, mereka ingin menghabiskan malamnya bersama, sebelum mereka berpisah lebih lama 'tuk mengakhiri peperangan. Terbilang Dante dan Silvanna memiliki tujuannya masing-masing.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang