Dia menyebut dirinya Leo. Seorang remaja berparas tampan dengan ukiran mata yang menarik, ditambah warna merah pada bola matanya memancarkan aura yang hebat.
Pancaran itu seketika membuat bulu kuduk Lunox berdiri, "Apa yang terjadi padamu?" responnya cepat, menatap Leo penuh pertanyaan.
Leo menjawab, "Tak ada. Aku hanya merasa bingung kenapa tante itu ketakutan saat melihatku. Apa.. ada yang aneh?"
Dengan pernyataan tersebut, Lunox pun melepas genggaman tangannya, kemudian ia menatap mata Leo lebih dalam—berusaha mengetahui apakah ada yang aneh.
"Kupikir tidak ada yang aneh pada dirimu kecuali.." ia berhenti diakhir kalimat, Lunox tiba-tiba merasa ragu.
"Kecuali apa?"
"Kalau aku berkata apa yang aku lihat, dan apa yang aku rasakan.. mungkin kau tidak akan percaya." kemudian Lunox melanjutkan, sejujurnya ia tidak percaya diri bila ia memberitahu kebenarannya.
"...Aku tidak mau memberitahukan hal ini kepada Leo, kalau aku bisa merasakan aura gelap didalam tubuhnya—bahkan energi itu mengepul pada dirinya. Aku...." batin Lunox berbicara, kembali merasa ragu.
"Kita teman, 'bukan?" satu kalimat serta pertanyaan tanpa bimbang sedikitpun, disitu Leo mencoba memastikan.
Kedua mata Lunox pun melebar seketika. Leo mengucapkan hal yang benar—dan hal tersebut menyadarkan Lunox dalam sekejap.
"Kalau kita teman, mengapa kau tidak mau jujur padaku? Beritahu aku.. Lunox."
Angin berhembus kencang melewati keduanya, berharap apa yang hendak Lunox katakan tidak akan berdampak buruk kepada Leo. Pada akhirnya Lunox pun tersenyum meskipun ragu.
________________________________ .
. LUNOX AUTHORITY
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-- Hellheim -- "Sudah waktunya keluar. Terimakasih telah memberiku banyak kenyamanan, Nevermore." ucap Dante seraya bangkit dari tempat duduknya.
Nevermore hanya diam, melihat Dante berjalan menuruni tangga dan hendak pergi meninggalkan kursi tahta.
Sedangkan Carmilla berusaha mengucapkan sesuatu sebelum sang kakak pergi. "Kau mau mengatakan apa padanya, wahai adikku?" disitu, Cecilion langsung berkata.
"T—Tidak perlu kau tanyakan, aku.. aku tidak sedang mau diajak bicara olehmu!" si Carmilla malah sinis.
Secara sigap, Carmilla pun menuruni tangga dan langsung menyusul Dante—"Kakak, bisa kau terima pemberianku ini?" ia malu-malu.