"Ny. Rylai!" seru Aurora memanggilnya. "Anda harus bangun! Kalau tidak—"
Aurora berusaha membangunkan Crystal Maiden yang sudah terkapar ditanah, sosok wanita itu sudah tidak sadarkan diri dan wajahnya pun terkena luka bakar akibat serangan terakhir Thamuz.
Sebenarnya, Aurora tidak tahu pasti dengan apa yang terjadi. Ia sama sekali tidak tahu situasinya, Crystal Maiden yang berperan sebagai pelatih pun tidak memberitahu alasan yang jelas kenapa ada keributan dan pertarungan di kota.
"Tidak.. Nyonya bangunlah.." ucap Aurora, sedih dan juga panik.
Selang beberapa detik, sang Crystal Maiden pun menggerakkan tangannya dan menyentuh pipi si kecil Aurora. Ia berkata..
"Au..rora.." ucapnya menyebut nama si kecil.
"Nyonya!"
"Diam dan dengarkan aku.." timpal Rylai yang masih bersuara dalam dan sakit. "Kau.. harus datang ke Istana Baroque.. dan beritahu kalau aku telah gugur melawan Thamuz."
"Nyonya.."
"Kau harus bisa.. dan jangan melibatkan teman-temanmu kedalam masalah ini." lanjut Rylai berbicara. "Ini adalah.. masalah serius yang bisa membuat dunia hancur.."
Aurora menatap Crystal Maiden dengan penuh haru serta kesedihan. Apa itu maksudnya ia harus pergi ke Istana Baroque seorang diri?
"Aurora.. kau sekarang bukan anak kecil lagi.. kau pasti bisa. Percayalah padaku.. kau akan baik-baik saja, selagi perang antara Kerajaan ini belum meluas.."
"T—Tapi.. aku masih belum bisa menggunakan kekuatanku, Nyonya.."
"Sudah kubilang kau akan baik-baik saja.. aku akan selalu memperhatikanmu.. kau.. akan baik-baik saja.. Aurora."
Secara berat hati dan keinginan untuk tidak meninggalkan Pelatihnya, Aurora pun berdiri tegak dan mencoba kuat.
"Nyonya, aku berjanji akan mengirim seseorang kesini untuk menolongmu. Aku berjanji." ucap Aurora, ia pun berlari menyusuri hutan dan pergi ke Istana Baroque.
Setelah Crystal Maiden sudah tidak bisa merasakan hawa keberadaan Aurora, ia pun tersenyum dan mengeluarkan sedikit kekuatannya untuk mendinginkan wajahnya yang habis terbakar.
"Rubick benar.. perang ini akan semakin meluas jika tidak ada seseroang yang menghentikkannya. Aku harap Lunox baik-baik saja." batin Rylai berharap.
Rubick?
Apa makhluk hijau itu sudah tahu akan hal ini? Ya, tentu saja. Rubick adalah orang yang tahu segalanya dan tidak akan pernah turun tangan jika situasinya sudah sangat parah. Ia lebih memilih diam dan beraksi dari balik layar.Dan sekarang, saatnya Aurora melakukan tugasnya. Ia harus berhasil melewati hutan dan pergi ke Istana Baroque.
"Ayo, Aurora—larilah dengan cepat! Kau bisa, kau bisa.." ucapnya seraya menyemangati dirinya sendiri.
Ditengah hutan belantara ia terus berlari mencari jalan keluar, ketika kakinya berpijak pada tanah yang agak lembab.. Aurora pun berhenti dan melihat satu pohon yang besarnya bukan main. Pohon itu.. terlihat hidup dan dipenuhi cahaya kuning.
"Apa.. itu?" tanyanya sendiri, merasakan energi kehidupan mengalir pada pohon tersebut. "Apa.. kau menangis?"
Merasa ada yang aneh, Aurora benar-benar merasakan sebuah kehidupan.. seolah-olah pohon itu tengah berbicara padanya. Beberapa langkah ia mendekati pohon tersebut dan menyentuhnya.. Aurora langsung melihat pandangan bahwa peperangan ini.. akan segera berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)
FanfictionIni adalah SEQUEL Lunox di "MOBILE LEGEND FANFICTION" yang saya buat. So, kita bakal melihat kehidupan Lunox dari ia lahir sehingga ia bisa menjadi wanita dewasa. Dan ini bisa jadi akan tertuju pada semua HERO. So~ Happy Reading~ ©Wibukun