30 -

86 9 0
                                    

Portal hijau dibalut warna hitam terbuka, memberikan kesan seolah-olah ia mempersilahkan masuk beberapa orang yang berdiri di hadapannya. Tiga orang yang akan menjadi tamu itu telah bersiap-siap untuk pergi ke dunia baru.

"Aku cuma mau memastikan, apa kalian sudah siap?" pria bertopeng paling depan bertanya, ialah Rubick.

"Percaya atau tidak, aku pikir aku sudah siap." jawaban pertama disampaikan Dante.

"Setelah mendengar darimu bagaimana dunia yang kau ceritakan.. kurasa tidak ada tempat yang lebih aman selain pergi kesana." sambung Silvanna seyakin mungkin.

Meski Lunox sendiri belum tentu paham apa yang dibicarakan mereka, si gadis kecil tersebut tetap memasang senyum indahnya. Hal lain bagi Lunox yang berusaha menenangkan diri sendiri. Ia mencengkeram pakaian merah Dante dengan erat, tanda kalau ia sedikit waswas.

"Tenanglah," setelah melihat ekspresi polosnya, Rubick pun berbicara. "Dunia Luar sama seperti disini. Aku tidak akan memberitahukan secara rinci, yang bisa kukatakan cuma kebeneran setelah kalian melihatnya sendiri."

"...Baik, penilaian itu bisa kami pegang kalau sudah sampai disana. Jadi.. Lunox, kau tidak usah takut, oke?" Dante memberikan senyum kecil agar Lunox merasa baikan.

"Benar, kami akan selalu ada di sisimu." lanjut Silvanna.

Mereka berempat akhirnya mempersiapkan diri untuk masuk ke portal. Sebelum pergi.. Lunox hendak berbalik 'tuk melihat Bapa Pendeta—sesaat ia pun berlari ke arah pria tua tersebut yang sedang duduk di kursi roda. Lunox berkata : "Bapa, ini adalah perpisahan. Sebetulnya aku tidak mau meninggalkan Bapa dengan kondisi Bapa yang masih sakit. Tapi....."

"Tidak apa-apa. Aku disini baik-baik saja. Keselamatanmu lah yang menjadi prioritas utama. Karena dari itu.. kau tidak boleh jauh dari Dante." Zarvakko memotong dengan sepercik semangat agar Lunox tidak harus mengkhawatirkannya.

Kedua mata si kecil pun berkaca-kaca, mungkin waktu yang dihabiskan bersama Bapa Pendeta tidaklah lama, tapi Lunox dapat merasakan bahwa kasih sayang seorang pastor akan selalu ada di hatinya. Disitu Lunox langsung memeluk sang pendeta, mencengkeram dadanya kuat-kuat agar perasaannya sampai kepadanya.

"Sampai jumpa, Bapa." tangis pilu ia seka untuk mencoba kuat, berkata demikian kepada Zarvakko dengan mata berkaca-kaca.

Zarvakko mengelus kepala si kecil, senyum indah Lunox tidak mungkin ia lupakan seraya anak yang sudah diasuh itu akan segera dewasa. Keyakinan besar Zarvakko telah terbayang kalau Lunox akan menjadi gadis dewasa yang pintar, baik, dan juga kuat.

"Ingatlah kata-kataku, Lunox. Kau harus menjadi gadis yang selalu baik hati dimanapun kau berada. Karena kebaikan bisa menyatukan semua orang ke jalan yang benar. Sesampai disana, jika kau bertemu dengan Suster Diana.. tolong titipkan salamku untuknya, ya."

Perkataan Bapa Pendeta dipegang baik-baik olehnya, Lunox mengangguk dengan semangat dan penuh tekad. Saat ini Lunox cuma harus percaya kalau Bapa Pendeta akan baik-baik saja.

Well, jika melihat kronologis sekaligus kasus yang telah terjadi di underworld, tidak mungkin ada lagi kejahatan ataupun kegelapan. Dante dan Silvanna juga percaya itu tidak akan terjadi lagi. Masa kelam disini sudah berakhir, dan untuk berjaga-jaga.. kedua orang dewasa ini mau tidak mau harus membawa Lunox ke tempat yang lebih aman.

Gosip serta rumor akan perang yang katanya belum berakhir, Rubick sudah menceritakan kepada mereka kalau konflik tidak akan ada habisnya jika sudah sampai di outworld. Dante dan Silvanna harus bisa cepat berbaur di dunia sana, hidup layaknya orang normal dengan keluarga yang sudah mereka bentuk.

Rubick sendiri yakin, misteri dari semua ini masih belum berakhir, secara apa yang ia lihat dengan kekuatannya ada semacam kegelapan yang menghalangi. Tapi untuk kali ini, ia tidak mau berpikir lebih jauh.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang