Gadis kecil berusia dua tahun, ialah Lunox. Di tahunnya yang ke-dua ini ia tumbuh sebagai anak kecil yang imut dan menggemaskan. Bahkan, kecantikannya pun sudah terlihat.
"Bapa~" panggilnya dengan suara yang sangat lucu.
Meski masih kecil, Lunox tidak akan pernah melupakan sosok Bapa Pendeta yang telah merawatnya. Kini, Lunox tengah duduk di pangkuan sang pendeta sambil dibacakan sebuah cerita.
Lihatlah wajah itu, keimutan Lunox sampai membuat Zarvakko tersenyum bahagia sekaligus bangga—setelah dibacakan cerita lima belas menit lamanya, Lunox pun tertidur dipangkuan sang pendeta. Matanya terpejam mendekapkan kepalanya kedalam sebuah pelukan.
Sudah dua tahun berlalu semenjak Sura mengalahkan Astri. Dan ini saatnya untuk membangun kehidupan yang baru, Zarvakko tidak mau melihat kekacauan seperti sebelumnya. Tentu saja ia tidak mau membuat kehidupan Lunox menjadi lebih sulit lagi. Zarvakko memeluk si gadis kecil dengan penuh kehangatan, kasih sayang, dan juga cinta. Ia mengelus kepala Lunox lalu berbisik—"Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu, Bidadari kecilku."
Sang Pendeta mulai melihat sebuah cahaya kecil dan sedikit pudar, menerangi liontin yang masih dikenakan oleh Lunox sejak bayi. Cahaya itu berwarna biru tipis dan.. begitu menenangkan. Sehingga Zarvakko pun memejamkan matanya dan ikut terlelap, sambil memeluk erat bidadari kecil yang ada di pangkuannya.
Beralih pada sosok wanita berambut putih keabuan, beserta rambutnya yang dikepang, Silvanna. Kini, ia sudah sampai di hutan dan melihat sosok pria berbaju merah—pria itu sedang menatap tajam pedangnya. "Dante." Silvanna pun memanggil seraya berjalan mendekat.
Dante tak menjawab ataupun menoleh, ia tetap diam dan terus menerus menatap pedang yang ia pegang. Selang beberapa detik saat Silvanna berdiri di sampingnya—Dante pun berkata, "Aku harap ini semua sudah berakhir." dengan tatapan yang masih tertuju pada pedang itu.
"Belum berakhir." jawab Silvanna cepat.
Mendengar responnya, Dante langsung melirik ke arah Silvanna. Wanita itu pun berkata, "Kau harus pergi ke Ibukota dan menemui Raja Zeref. Kau harus membersihkan namamu, Dante."
Dante kembali menatap pedangnya, lalu ia menjawab—"Aku tidak memerlukan itu." dengan rasa percaya diri.
"Kau tidak bisa menjadi buronan terus menerus! Aku tidak mau melihatmu menanggung beban sendiri—"
"Apa yang aku lakukan sudah kuanggap sebagai penebusan dosaku." ucap Dante memotong perkataan Silvanna. "Dan aku tidak butuh namaku dibersihkan."
Silvanna diam beberapa detik, ia menatap Dante seolah-olah tatapan itu penuh dengan pertanyaan. Lalu.. "Dante." panggilnya. "Sejujurnya aku tidak tahu harus pergi kemana, dan aku pikir—aku pun telah menjadi buronan yang sama sepertimu."
"Tentang perasaanmu yang kau curahkan di sebuah catatan. Apa itu benar, Silvanna?" tanya Dante memastikan.
"Hm." sedikit malu, Silvanna mengangguk. "Alasan kenapa aku tidak pernah menangkapmu. Itu karena aku..."
Sreet~
Dengan cepat, Dante menarik wanita disebelahnya ke dalam pelukan. Dengan satu tangan yang masih memegang sebuah pedang—Dante.. memeluk Silvanna."Kenapa kau bisa jatuh cinta pada makhluk keji sepertiku, apa—kau bodoh?" tanya Dante.
Dengan suara burung yang berkicau ditengah hutan, Silvanna membenamkan wajahnya di pelukan. Mungkin bagi Dante memanglah bodoh, tapi.. apa yang dirasakan oleh Silvanna bukanlah suatu kebohongan. Ia mencintai Dante saat pandangan pertama, dan perasaan itu tidak bisa ia sampaikan secara langsung—karena ia sendiri ditugaskan untuk menangkap Dante ke hadapan sang Raja. Oleh karena itulah ia mencurahkan semua perasaannya didalam catatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)
FanfictionIni adalah SEQUEL Lunox di "MOBILE LEGEND FANFICTION" yang saya buat. So, kita bakal melihat kehidupan Lunox dari ia lahir sehingga ia bisa menjadi wanita dewasa. Dan ini bisa jadi akan tertuju pada semua HERO. So~ Happy Reading~ ©Wibukun