BAB VII • KEPASTIAN

79 13 0
                                    

Cahaya merah di matanya mengingatkan Lunox pada kobaran api, beberapa peglihatan yang terjadi dimasa lalu membuat Lunox trauma karenanya. Entah mengapa.. mata yang ia lihat terasa begitu mencekam namun menenangkan.

"Kenapa kau berbaring ditanah? Kenapa bisa seperti itu? Apa.. kau sakit?" remaja ini masih terus menanyakan hal yang sama.

Benar, alasan kenapa Lunox berbaring ditanah karena ia tidak mengerti terhadap orang-orang di outworld. Dirinya merasa kesakitan—tapi banyak orang yang hanya melihatnya, tak membantu apalagi menolong.

"Aku cuma.." disaat Lunox hendak menjawab, remaja lelaki tersebut menyentuh pipinya.

"Jika ada sesuatu yang mengganggumu, atau orang yang menyakitimu, katakan saja padaku." ia berkata. "Dan mulai saat ini.. kita berdua adalah teman."

"Teman..." kedua mata Lunox melebar sesaat, mendengar kata-kata itu sama sekali tidak dapat ia tolak.

Senyuman kecil nan hangat memberikan kesan yang menarik. Elusan tangan diwajahnya menunjukkan betapa tulusnya ia berkata bahwa ia ingin berteman dengan Lunox.

Kemudian ia berkata, "Namaku Leo." dibarengi oleh tatapan khas dari wajahnya.

Dalam sekejap, perasaan Lunox berasa sangat aneh. Nama tersebut sangatlah asing baginya, tapi tak tahu kenapa.. Lunox dilanda oleh rasa manis tercampur hambar.

"Aku.. kenapa?" saking anehnya, Lunox bertanya dalam hati. "...Hatiku bergejolak seperti ingin meledak.."

Mereka berada di alun-alun kota, terdapat air mancur di tengahnya. Suasana disini memang ramai oleh padatnya penduduk—tapi Lunox merasa.. kalau di alun-alun ini hanya ada mereka berdua.

"Dunia.. serasa milik kami," ia berkata dalam hati. "Aku ingin dunia yang seperti ini."

Sekian banyak pertanyaan, Lunox akhirnya tersenyum manis, memberikan sapaan yang belum pernah ia lakukan kepada Leo. Ya, Leo adalah teman barunya. Dia seorang remaja yang seusia dengan Lunox.

Kini, Lunox tidak mau menyia-nyiakan waktu hanya demi melihat hal-hal yang tidak perlu. Hatinya terasa sejuk sejak bertemu dengannya, dan Lunox tidak akan melupakan kejadian tak terduga seperti ini.

LUNOX AUTHORITY

LUNOX AUTHORITY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©Wibukun

...

-- Mansion --
Noda merah berceceran di lantai kamar, kasur berwarna putih itu sekarang dipenuhi oleh darah. Selimut, seprai, bantal, serta guling pun terlapisi gumpalan merah akibat batuk seseorang.

Rasa sakit nan gatal tak bisa ditahan lagi, lehernya kini begitu merah dan juga bengkak. Silvanna terus menggaruk-garuk leher tepat pada bagian gigitan tersebut. Kemudian ia terbatuk-batuk sehingga cipratan darah terburai kemana-mana.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang