22 -

106 17 9
                                    

7 hari berlalu setelah pertarungan dahsyat itu terjadi. Sekarang, Underworld sedang memasuki dalam fase pemulihan secara total, banyak orang bekerja bakti dan membangun rumahnya kembali menjadi lebih kokoh. Perintah Raja Zeref terbilang mutlak, ia menetapkan suatu aturan kepada rakyatnya untuk bekerja sama.

Setidaknya..
Raja Zeref sudah berubah semenjak insiden yang telah terjadi sebelumnya. Beliau pun telah mengangkat nama baik Dante sebagai ksatria yang bisa dibanggakan. Meski begitu, sang Raja masih belum bisa menerima statusnya sebagai seorang vampir.

Buronan, satu kata yang membuat ke-egoisan Zeref tetap melekat.

Namun...
Ia sendiri tidak boleh memperlihatkan kegoisan tersebut dihadapan masyarakat. Raja Zeref tetap memperlakukan Dante sama seperti yang lain.

Berbeda hal bagi Silvanna, wanita itu tidak pernah mau berhadapan lagi dengan Raja Zeref. Suatu kehormatan apabila ia bisa menjauh dari kerajaan, dan mungkin inilah salah satu keputusan yang telah Silvanna buat agar bisa lebih dekat dengan pria yang ia cintai.

Kebangkitan Dante merupakan anugerah yang tak disangka-sangka. Bahkan Sura pun tidak percaya bahwa Dante kembali bernafas. Walau begitu.. tekad dan pilihan Sura tetaplah bulat—memberikan seluruh kekuatannya kepada Silvanna adalah pilihan yang tepat.

"Kau yakin?" tanya Silvanna meyakinkan, berdiri di bukit sambil memperhatikan ibukota dari atas.

"Tidak ada yang lebih indah selain bersamamu, Silva." sosok yang berdiri di samping menjawab—mengukir senyum indah yang ia pasang di wajahnya.

Silvanna pun ikut tersenyum,
Kali ini senyumannya begitu indah tanpa ada keriput di wajahnya. Malahan wajah Silvanna semakin cantik dan manis.

"Sebelum Sura meninggal, dia mengakatan padaku kalau aku harus memenuhi tanggung jawabnya sebagai ibu. Tadinya aku keberatan, tapi.. saat aku tahu bahwa Sura berani mengorbankan dirinya hanya untuk membuatku begini—aku pun menerimanya."

"Sebuah penyesalan adalah satu hal yang tidak bisa kita bantah. Ya, aku pun seperti itu." Dante teringat pada dirinya sendiri kalau sekarang ia tidak punya kekuatan lagi.

Langit cerah Underworld membuat suasana terasa lebih nyaman, ditambah perubahannya begitu drastis. Silvanna dan Dante bisa merasakan hal itu, keharmonisan suatu hubungan beserta kehangatan Underworld yang di pimpin oleh Raja yang telah berubah.

Mereka berdua berjalan sambil bergandengan, benar-benar hangat...

Langkah kaki mereka terus berpijak hingga di halaman belakang gereja. Sorotan matanya langsung tertuju ke arah seorang anak gadis yang sedang mengangkat jemuran.

Gadis kecil dengan raut muka yang polos, ditambah rambut yang memiliki dua warna berbeda—Lunox berkeringat seraya berusaha meraih pakaian yang tengah dijemur di atas tali jemuran.

Tingkah lakunya sangat lucu sampai Dante dan Silvanna terkikik. "Apa kau tidak merasa aneh bila Lunox terlalu semangat di usia yang masih terbilang kecil?" masih menahan tawa, Silvanna pun bertanya.

"Ingatlah, kalau dia adalah anak dari makhluk yang setara dengan dewa." Dante membalas sambil menahan tawanya.

Tak lama kemudian, barulah Lunox sadar kalau mereka berdua sedang memperhatikannya. "Ah, Silva.. Ah, Dante!" panggil Lunox memasang ekspresi gemesin.

Dante, maupun Silva, kedua orang ini telah berubah hanya karena satu gadis kecil yang mengisi kehidupannya. Lunox sungguh anak luar biasa—rasa penyesalan pun seketika hilang setelah melihat wajah polosnya itu.

"Lihat, Silva membawa banyak buah. Kami mendapatkannya di hutan." kata Dante.

Tatapan polos itu membuat Silvanna merasa gemas, maka dari itu.. "Kita akan memasak Sup Apel bersama Bapa Pendeta, dan kamu harus membantuku, oke?" ia berkata sembari tersenyum manis.

...

-- Outworld (Police Department) --
"John, apa kau sudah memeriksa data itu secara teliti?" Fiora yang baru saja mengganti pakaiannya bertanya pada Johnson.

Oh, tidak..
Setiap kali Johnson melihat Fiora tanpa kostum cyborgnya itu.. entah mengapa terlihat sangat cantik dan seksi. Johnson sampai meleleh dibuatnya.

"Berhentilah menatapku seperti itu, kita sedang ada di kantor." ucapnya, kemudian Fiora duduk dan langsung menatap selembaran kertas yang ada di atas mejanya. "Apa itu? Jadi kau tidak memeriksa data Abaddon? Astaga... Apa sih yang kau lakukan?"

"..Anu, bukan begitu. Justru aku sedang mencari tahu sejarahnya. Kau tahu kan kalau kepolisian sudah sepakat dengan keluarga kerajaan untuk menandatangani kontrak sejak zaman dulu."

"Tentu saja aku tahu, apa ada masalah?"

"Hmm..." Johnson berpikir. "Bisa termasuk ke dalam masalah—dan juga tidak."

"Jelaskan padaku, sayang." dengan segera, Fiora duduk di sebelahnya sekaligus kepo.

"Semua data keluarga bangsawan dan kerajaannya tertulis jelas di data kepolisian. Dari Vance sampai Baroque—tapi aku tidak menemukan data tentang Kerajaan Fortress of Despair." Johnson menjelaskan sambil membuka file yang ada di dalam komputer.

Fiora pun langsung fokus ke layar monitor yang tertera—menunjukkan semua data history dari seluruh bangsawan yang tinggal di kota. Bola matanya yang warna pink ini terlihat sangat fokus dan penuh konsentrasi.

Fiora sedang mencerna semua isi dari data tersebut, sehingga Johnson tidak berani mengeluarkan suara untuk bertanya ataupun berkata.

Sampai pada akhirnya...
"Bukalah file yang bertuliskan (Avernus)" ia menyuruh.

Secara sigap, Johnson langsung mengarahkan cursornya ke file tersebut dan membukanya. "Ini...." keduanya bisa melihat bahwa isi file itu berisi banyak data tentang (ritual, dukun, ilmu hitam, dan pemanggilan setan).

"Apa kau tahu maksudnya? Dari nama Avernus sampai data di dalamnya?" tanya Fiora kemudian.

"...Aku bahkan tidak tahu siapa Avernus."

"File ini dibuat pada tanggal 2 April 1877. Ini tidak masuk akal, John. Di tahun itu komputer sama sekali belum ada."

"Benar sekali, 1877 itu belum ada teknologi canggih seperti komputer. Bahkan pabrik besar di zaman dulu itu masih menggunakan mesin konvensional, 'bukan?"

"....Aku tidak mengerti. Siapa yang menulis data ini?" Fiora dan Johnson bertanya-tanya.

Mereka berdua membaca file tersebut secara teliti, sampai tak terasa kalau mereka memakan waktu 4 jam hanya untuk membaca semua isi di dalamnya. Dan... "Ternyata Avernus adalah Abaddon?" ucap Fiora.

"Tapi.. setahuku Abaddon tidak lahir di tahun 1877. Kenapa ada data pribadinya disini? Aku pusing sekali, loh, Fiora."

".............Dia bukan manusia." jawabnya pelan. "Aku akan menanyakan hal ini lebih lanjut kepadanya."

"Kepada siapa?"

"Phantom Assassin."

Seketika, Johnson pun terdiam sambil menganga. Tidak kepikiran bahwa Mortred si buronan mengenal Abaddon. Meski begitu.. "Kenapa kau bisa seyakin itu pada buronan itu? Kita bahkan kewalahan untuk menangkapnya. Bertemu saja tidak pernah—Mortred adalah buronan yang membunuh layaknya hantu, Fiora."

"Aku akan mencari tahu mengenai (orang spesial) yang pernah dia sebutkan ketika insiden pertama, John. Kupikir ini semua ada kaitannya dengan hal itu." Fiora berusaha berpikir logis.

"....Kaulah kaptennya, aku akan terus mengikutimu."

Wrirten By ©Wibukun
_______________________________

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang