14 -

150 20 11
                                    

Vexana mempersiapkan ramuannya, ia terus-menerus meracik, dan mencoba untuk mendapatkan takaran yang pas agar ramuan itu bisa diselesaikan dengan cepat. Berharap apa yang dilakukannya merupakan hal yang benar, tapi justru ia merasa kedatangan Helcurt bukanlah pertanda baik.

Sambil terus meracik, ia bergumam sendiri, "Pasti ada alasannya, iya 'kan, Abaddon?"

Pada akhirnya, ramuan yang ia buat pun hampir selesai. Butuh satu tahap lagi untuk menyempurnakannya, yakni-ia membutuhkan darah Helcurt. Tidak perlu berlama-lama, Vexana mulai keluar dari ruangan pribadinya dan berjalan ke arah Helcurt yang masih terbaring.

Sambil membawa satu buah suntikan, ia pun langsung menyuntikkannya, dan mengambil darah Helcurt hingga setengah suntikkan itu penuh. "Jujur aku tidak suka melakukan ini. Tapi, Abaddon pasti menginginkanmu menjadi manusia normal. Maka aku pun tak bisa mengelaknya." kata Vexana.

Ketika Vexana hendak kembali ke ruangannya, ia tiba-tiba dikagetkan oleh suara pintu depan yang terbuka lebar-"Ibu, lihat! Aku sudah mendapatkan pekerjaan!" seorang wanita berseru sambil memamerkan satu lembar formulir.

Vexana berbalik dan melihat puterinya, Alice. Anak pertamanya itu masih saja terobsesi dengan dunia pekerjaan. Sehingga Vexana, sebagai seorang ibu pun tidak bisa menghentikkannya. "Oh, itu kabar yang baik." ucapnya.

Tanpa menoleh ke arah Helcurt yang terbaring di sofa, Alice berjalan kepada sang Ibu dan terus memamerkan lembaran tersebut. "Hihihi~ dengan ini.. aku bisa membuat Yi Sun Shin bangga padaku, loh, Ibu!"

Semangat sekali dia, itulah yang ada dipikiran Vexana. Sebenarnya ia tidak peduli dengan ucapan Alice yang selalu membicarakan pria tersebut. Sebagai seorang ibu, Vexana tidak mau mengekang anaknya untuk mencari kebebasan. Ya, asalkan Alice bisa menjaga dirinya baik-baik, itu sudah cukup.

"Kalau begitu, jangan ganggu aku." ujar Vexana seraya berjalan ke ruangannya.

Belum sempat masuk ke dalam, Alice pun menyempatkan dirinya untuk bertanya-"Apa ibu melakukan ritual lagi? Oh, ayolah. Ibu tidak harus melakukan itu setiap saat!"

Vexana tetap mengabaikan perkataan Alice. Ia masuk ke ruangannya, lalu menutup pintunya rapat-rapat.

"Ada apa sih dengan ibu? Dia selalu saja melakukan hal bodoh seperti ritual atau semacamnya. Dan lagi.. di luar begitu ramai oleh banyaknya polisi. Aku heran, apa ada hal buruk yang terjadi diluar sana?" gumam Alice menggerutu.

Ketika ia berbalik dan hendak berjalan ke lantai atas-ia bisa jelas melihat adanya seorang pria berwajah hitam tengah terbaring di sofa ruang tamu. "Eeekkk! Siapa itu!? Kenapa ada orang asing disini? Ah! Pasti ini ulah ibu!" Namun, Alice tidak mau pusing. Ia berusaha mengabaikan orang tersebut dan terus berjalan ke lantai atas.

...

--Di Pusat Kota (Outworld)--
Terlalu ramai dan terlalu heboh disini, kemunculan Raja Vance beserta Kardel benar-benar memancing perhatian warga di kota. Vance mempunyai alasan kenapa ia tidak membawa pendamping ataupun pasukan untuk mengawalnya. Karena.. si Kardel tua itu sudah menghubungi Polisi Elit untuk mengawalnya.

"Sial, Kardel! Lihatlah perbuatanmu, kita sudah menjadi pusat perhatian disini!" seru Vance mengeluh kepada sang Ayah.

Kardel hanya tertawa, lalu ia menjawab-"Lagipula mau bagaimana pun.. situasi ini tidak akan berubah. Mau kita bawa pendamping atau polisi, tetap saja kita akan menjadi pusat perhatian."

Vance seketika mengerutkan dahinya seraya kesal. Tapi, omongan Kardel memang benar. Dan jika ia membawa seorang pendamping, mungkin saja situasinya akan sangat berbeda dan lebih kacau. Vance sendiri tak memikirkan hal itu.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang