7 -

167 18 5
                                    

Silvanna, Pendeta Zarvakko, serta Suster Diana telah melarikan diri dan menjauh dari pertarungan Dante melawan Astri. Butuh beberapa menit untuk menyadarkan Diana dan Zarvakko yang tadinya jatuh pingsan akibat energi yang dikeluarkan oleh Demon Elf tadi, meskipun begitu—Silvanna berhasil membangunkan mereka berdua.

"Bapa." panggil Silvanna menghentikkan langkahnya. "Aku harap.. ada tempat yang bisa kita tuju, kita harus mencari tempat aman."

"Aku masih keberatan dengan pelarian ini, Nn. Silva! Kau bersikeras lari dan meninggalkan Tn. Tigreal begitu saja!? Aku yakin Bapa juga melihat dia 'bukan? Tn. Tigreal tergeletak tak berdaya!" timpal Diana keberatan.

Zarvakko menunduk dan terdiam, cukup menyesal bahwa dirinya pun setuju dengan ucapan Silvanna yang meninggalkan Tigreal begitu saja.

"Sadarlah, Suster! Dante menyuruhku membawa Lunox ke tempat yang aman bersama kalian. Apakah kau lebih memilih pria asing itu daripada Bayi kecil ini!?" balas Silvanna berseru.

"Hentikkan!" teriak Zarvakko ditengah-tengah. "Yang harus kita lakukan hanyalah berlari dan menjauh dari pertarungan Dante, alasan kenapa aku setuju dengan keputusan Ny. Silva karena—pria yang bernama Tigreal itu sudah tak bisa diselamatkan!"

"Bapa.." gumam Diana tak percaya dengan apa yang dikatakan sang Pendeta.

"Kau harus tahu, Diana.. pertarungan mereka akan diluar nalar kita semua. Aku tidak mau melihat ada orang yang mati lagi.." lanjut Zarvakko berbicara.

Meskpun demikian, Diana masih sangat keberatan. Sebagai orang yang selalu mematuhi ajaran Tuhan-Nya—keputusan yang Zarvakko ambil bertolak belakang dengan apa yang sudah diajarkan dalam Agama.

"Aku akan kembali dan menyelamatkan Tn. Tigreal." kata Diana membulatkan tekad.

"Jangan bodoh, Suster!" balas Silvanna berteriak.

"Apapun yang kulakukan, mau tidak mau aku harus berani mengambil resiko. Aku—berani mengorbankan diriku demi menyelamatkan orang lain. Bukankah itu yang 'kau ajarkan padaku, Bapa?"

Zarvakko dapat melihat keyakinan beserta tekad yang sudah diambil oleh Diana. Biarawati itu sungguh membuat sang Pendeta terkesan, dan hal tersebut membuat Zarvakko malu seketika.

"Terserah padamu, Diana." ucap Zarvakko bersikap tenang. "Aku.. percaya kalau kau bisa menyelematkan pria itu."

Dan pada akhirnya, Diana pun berlari kembali demi menyelamatkan Tigreal. Apapun keputusannya—hasilnya akan tetap sama. Ya, itulah yang ada dipikiran Silvanna saat ini. Wanita berkepang itu pun melangkahkan kakinya lagi menuju tempat yang aman bersama Lunox dan Zarvakko.

--Outworld--
"Lihat itu, bukankah itu Raja Pantheon?" terdengar bisikan dari beberapa orang di Kota.

"Kenapa bangsawan seperti-Nya berjalan-jalan di Kota? Sendirian pula."

"Ah, cukup konyol di zaman modern seperti ini masih ada bangsawan yang memperkental adat bak keluarga kerajaan."

"Hei, berhenti berbicara seperti itu. Jika Raja Phanteon mendengarnya—Kau pasti akan dihukum, loh."

"Hahahaha~"

"Hahahahahahaha~"

"HAHAHAHAHAHAHAHA~!!"

Orang-orang di kota mulai menertawai sosok Raja yang sedang berjalan ditengah Kota. Meskipun tidak suka, Pantheon tetap diam dan memasang kegagahannya. Tak peduli dengan cemoohan orang-orang seperti apa.

"Raja! Kemunculanmu patut dipertanyakan, apalagi tidak dikawal dengan pasukan. Kami sebagai Polisi harus mencurigai Anda, Raja!" seru Polisi yang tengah berpatroli dijalan, sambil menodongkan pistolnya.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang