18 -

103 18 5
                                    

-- Outworld --
Vance duduk di samping Charlotte. Menatap sekeliling ruangan—Pandangan pertama yang dilihat adalah meja bundar. Vance bertanya-tanya kenapa dirinya merasakan hal aneh yang baru saja terjadi. Bahkan ia hampir lupa kenapa ia duduk di konferensi meja bundar ini.

"Charlotte," panggilnya pelan seraya melirik ke samping. "Apa kau merasa.. ada yang aneh?"

Pertanyaan tersebut diakui olehnya. Charlotte mengeratkan Rapier yang selalu ia bawa, menyeringai layaknya ada sesuatu hal yang ia rasakan. "Perasaan ini..." ia pun bergumam. "Perasaan aneh ini tidak hanya aku yang merasakannya."

Dikala Vance hendak berbicara, disitulah energi gelap terasa pekat dan juga misterius. Alasan kenapa mereka berdua ada di ruangan meja bundar hanyalah karena satu hal. Mempersiapkan perang.

Namun...
"Dia sudah bangkit." Abaddon berkata, duduk di kursi berbeda yang menandakan kalau ialah yang memimpin. Well, memang benar terhitung ruangan ini adalah miliknya.

"Apa maksudmu, Abaddon?" tanya Vance seraya mengeluarkan keringat di dahinya. Energi Abaddon begitu terasa sangat mencekik.

"Kita tidak usah memulai konflik untuk berperang. Lagipula perang yang akan kita lakukan akan berkahir sia-sia."

"Omong kosong!" Charlotte berteriak tak terima. "Apa kau masih meremehkan Ksatria Iblis itu, Abaddon!?"

Mendengar itu rasanya sangat menjengkelkan, tapi.. Abaddon tidak terlalu memikirkannya.  "Aku lupa memberitahu hal ini, kalau aku adalah orang yang tak percaya Tuhan."

Charlotte dan Vance bingung dengan apa yang di ucapkannya. Secara dilihat darimana pun Abaddon bukan tipe Raja yang mempunyai religiositas.

"Kalian pasti heran mengapa aku berkata demikian, benarkan?" lanjutnya berbicara. "Aku adalah orang yang menganut ajaran Setan, termasuk Iblis. Dan aku tahu siapa itu (Thamuz). Dan aku tahu siapa itu (Astri). Tapi apa kalian tahu.. kalau selama ini aku selalu menjadi pengikut yang di percayakan oleh-Nya?" Abaddon mengukir senyuman lebar dengan ekspresi-nya yang menyeramkan.

"Apa.. maksudmu?" entah kenapa Charlotte pun mulai berkeringat. Rasanya berat sekali jika ingin mendengar jawaban dari Abaddon. "Beritahu aku.. apa selama ini kau sedang merencanakan sesuatu, Abaddon...?"

Wajah dikeduanya tiba-tiba berubah menjadi panik—takut—Bahkan tubuh mereka pun gemetaran, padahal Abaddon belum mengatakan apapun yang bisa membuat bulu kuduk merinding. Apakah yang akan di ucapkannya nanti akan menjadi masalah besar bagi Vance dan Charlotte?

"Perasaanku tidak enak semenjak dia menyebut nama Astri." batin Vance sambil mencengkeram dadanya kuat-kuat.

Perlahan-lahan, Vance melirik ke arah Charlotte tanda memberikan aba-aba—Jika situasi semakin memburuk, satu-satunya alasan bagi mereka untuk menghentikkan Abaddon jika dia benar-benar berkhianat. Maka dari itu.. "Aku mengerti, Vance. Aku siap bertarung jika Abaddon bersikap aneh lebih dari ini." Charlotte menjawab dalam hati, ia mengangguk tanda paham.

"Abaddon," sahut Vance mencoba untuk tenang. "Beritahu kami apa maksud dari perkataanmu itu? Apa kau memiliki hubungan dengan iblis yang bernama Astri?"

"Demon Elf.." balasnya. "Astri adalah Tuhan-ku!" dalam sekejap, Abaddon mengeluarkan seluruh kekuatannya sehingga energi hitam terpancar menyelimuti ruangan konferensi.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang