Kalau biasanya setelah pulang sekolah Jisoo akan langsung rebahan, tetapi sekarang tidak lagi. Ia langsung membuka buku. Mungkin beberapa kali memang mondar-mandir dapur untuk membawa camilan, lalu setelahnya tetap kembali pada aktivitas awal. Membaca dan menyalinnya menjadi sebuah rangkuman.
Itu sungguh perubahan rutinitas yang drastis. Untungnya, Jisoo sedikit bisa beradaptasi. Setidaknya tubuhnya bisa memaklumi, tetapi tidak dengan kantung mata yang mulai menebal dan gelap.
Jarum jam sudah menunjuk angka tujuh lewat seperempat ketika dering ponselnya tiba-tiba berbunyi.
“Hm?”
Jisoo mendesah dan merenggangkan tubuh yang kaku sebelum melirik ponsel yang berada di ranjang. Tangannya dengan cepat terjulur dan menggapai sebelum nada panggilan terakhir.
Ah, ternyata ajakan video call dari teman-temannya. Tunggu, kenapa ada gengnya Lisa juga?
“HALOO, JISOO. WEE, SOMBONG NIH, SOMBONG! NGANGKATNYA LAMA BANGET!!” Seulgi seperti biasanya berteriak semangat.
Jisoo meringis, apalagi teman-teman lainnya yang saat itu memakai earphone. Mencak-mencak kaget. Telinga sakit karena suara Seulgi membahana.
“Hai, hai. Kenapa, nih?” tanya Jisoo. “Gue lagi belajar. Jadi nggak tau kalau notifikasi grup lagi rame.”
“—WHAT THE, BELAJAR?! KESAMBET APA LO?? DULU SMP AJA LEBIH MILIH MINUM AIR ABU BUKU TIMBANG BACA BUKU.”
“Seulgi,” wajah irene tampak sumpek, “bacot lagi gue cekokin bekicot lo.”
Yeri dan Joy yang berada di satu ruangan—kamar mereka—mangut-mangut. “Cekokin aja Kak. Nanti kita bantu pegangin.” Yang disetujui oleh Wendy juga.
Jisoo tertawa, apalagi melihat Seulgi langsung diam kaku, sepertinya merinding.
“Wah, wah. Omong-omong, rasanya gue kayak udah masuk dalem geng kalian,” kata Jennie tiba-tiba sambil bersangga dagu menghadap kamera.
“Bener,” timpal Rose, mmenganggu sambil senyum kalem. “Habisnya, kita ‘kan baru saling kenal pas insiden perang telur. Tau-tau sekarang sering tegur sapa, eh, sampai makin deket..”
Jisoo mengerjab. “Lah, iya, bener juga.”
“Kalau ada masalah, kita jadi tau mana temen mana musuh. Sesama IPA jadi nggak akur, IPA IPS malah bisa akrab,” kata Lisa.
Jisoo mengangguk setuju mendengar percakapan pada panggilan video. Benar. Setelah insiden kemarin memang membuat banyak hal telah berubah. Oh, ia jadi mengingat sesuatu. “Kabar lo gimana Kak Ren? Setelah orang tua dipanggil pasti kakak dimarahin parah. Kakak gak apa-apa? Udah mau ujian kelulusan, lho.”
“Hm ... Oh? Yang kemarin?” Irene mendadak terkekeh. “Sebelum gue lulus, harus ada memori berkesan, dong. Jadi dinasehati dikit gapapa, pengalaman.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Crush | Eunwoo • Jisoo | ✓
Fanfiction"Woo, bibir kamu dalemmya dikasih kawat, ya?" "Hm?" "Tuh 'kan, buka mulut aja rasanya kayak nahan beban hidup." _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Kim Jisoo itu suka sama seni yang notabene cuma ada di SMK, sialnya malah masuk...