"Uh ... " Jisoo meringis, tatapannya sesekali melirik kea rah sesuatu yang kini membuat gadis itu menjadi tidak fokus. "Sebenernya ... Eunwoo kenapa, sih??"
Meski mengetahui bahwa Eunwoo akan selalu berada di belakang Jisoo, tetapi bolehkan gadis itu merasa terheran-heran? Kebingungan, tentu jelas. Cowok itu benar-benar serius dengan perkataannya. Ke mana pun dirinya pergi maka dia akan selalu mengekorinya. Tentu tidak ada salahnya jika mengawasi dari jauh, tetapi dia sungguh tepat di belakangnya. Mungkin hanya empat atau lima langkah lebih jauh saja dengan posisinya. Namun tetap saja termasuk kentara, bukan?
Entah kenapa Jisoo jadi merasa Déjà vu. Ini mengingatkan dirinya dahulu yang selalu megekori Eunwoo layaknya anak ayam yang mengikuti induknya. Oh, astaga, bahkan beberapa hari telah berlalu. Nayeon kini juga sudah kembali bersekolah, tetapi bukankah rasanya tidak ada kemajuan pada rencana?
Selain dari makin banyak yang termakan rumor, masih belum ada lagi yang didapat. Apakah umpan masih belum termakan? Jisoo bahkan belum melihat keberadaan Pak Areum beberapa hari ini. Walau memang kebanyakan ia berada di kelas, sih. Namun ... ah, sial.
Rasanya Jisoo ingin menggigit jari. Sungguh, ia akan berbunga-bungan jika saja Eunwoo melakukan hal ini pada suasana yang berbeda, sayangnya keadaan malah membuatnya menjadi sedikit khawatir. Sekarang punggungnya terasa panas. Bukan, bukan karena keberadaan cowok itu, melainkan banyak pasang yang mengarah tajam ketika dirinya melewati lorong. Pun kebanyakan dari mereka yang menatap penuh api adalah siswi-siswi angkatan di bawahnya.
Perasaan Jisoo mendadak tidak enak.
"Tajem kali tatapan mereka," gumamnya seraya sesekali membalas pandangan itu dengan lirikan, dan betapa menyebalkannya ketika salah satu dari mereka tampak mengejeknya dengan bibir yang dibuat-buat seolah dirinya adalah hal menjijikkan. Jisoo mencoba mengabaikan itu, sampai ketika dirinya berada di tikungan lorong, dan tanpa sengaja menabrak seseorang, disusul dengan bunyi benda yang berjatuhan. "E-ehh, maaf Pak, saya nggak sengaja!"
Jisoo refleks berjongkok dan memberesi buku-buku yang berceceran tanpa melihat seseorang yang ditabrak. Lalu ketika dirinya mendongak, tatapannya mendadak terfokus pada seseorang yang kini ikut berlutut bersamanya. Ia sontak menelan ludah paksa entah karena apa.
"Nggak apa-apa." Pak Areum—seseorang yang Jisoo tabrak—mengangguk dan tersenyum tipis, "lain kali jangan jalan buru-buru, kamu bisa luka."
Jisoo mengerjap. "O-oke, Pak." Lantas menyerahkan sisa buku yang telah ia pungut pada wali kelasnya tersebut. Gadis itu sekilas melirik belakang. "Kalau gitu saya permi—"
"Oh, ya, kamu bisa temani bapak?"
"Ya, Pak??"
"Bisa bantu saya bawa buku-buku ini sampai ruang guru?"
"Oh, b-baik, Pak."
"Kamu bisa ambil setengah dari yang saya bawa."
Jisoo mengangguk, dan langsung mengambil sebagian buku untuk dirinya bawa. Lantas mengikuti langkah Pak Areum menuju ruang guru. Di sepanjang perjalanan hanya diselimuti oleh keheningan. Gadis itu pun tidak mengerti dengan keadaan ini, mengingat dirinya yang biasanya selalu bisa mencairkan suasana dan banyak berceloteh. Namun, entah kenapa kini dirinya malah merasa sedikit tidak bisa bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Crush | Eunwoo • Jisoo | ✓
Fiksi Penggemar"Woo, bibir kamu dalemmya dikasih kawat, ya?" "Hm?" "Tuh 'kan, buka mulut aja rasanya kayak nahan beban hidup." _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Kim Jisoo itu suka sama seni yang notabene cuma ada di SMK, sialnya malah masuk...