21 : Membesar

2.2K 440 23
                                    

Jisoo tidak tahu kalau ternyata lebam di pergelangan kakinya bisa bertambah parah hingga membengkak dan terasa sangat nyeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo tidak tahu kalau ternyata lebam di pergelangan kakinya bisa bertambah parah hingga membengkak dan terasa sangat nyeri. Karena itu, selama satu minggu ia tidak bisa masuk sekolah untuk menjalani pemeriksaan. Untungnya, ia tidak sampai mengalami patah tulang, walau selama di rumah entah kenapa perasaan terasa tidak enak. Namun dari pada itu, sepertinya ada sedikit manfaat juga ia berakhir seperti ini.

Dagunya bersangga pada bantal, sembari duduk manis di pinggir ranjang. "Suapin, Ma," pintanya.

"Sayang, yang lagi sakit itu kakimu, bukan tangan," ucap seorang wanita yang baru saja masuk ke kamar membawa senampan makanan. Dia ikut duduk di pinggir ranjang dan menatapnya. Jisoo nyengir, walau mengomel tetapi wanita itu tetap mengambil sepiring makanan dan menyuapinya.

Beberapa hari yang lalu, saat mendengar kabar dirinya cedera. Mama Papa Jisoo langsung pulang untuk melihat keadaannya. Sedikit disayangkan memang, mereka bisa langsung pulang jika mendengar situasi yang tidak mengenakan. Namun biarpun begitu, ia tetap senang. Itu menandakan mereka masih perhatian padanya. Walau ia merasa bersalah karena harus berbohong mengenai alasan bagaimana ia bisa terluka. Ya, alih-alih menceritakan kejadian sebenarnya, Jisoo malah beralasan terpeleset dari tangga sekolah.

"Papa di mana, Ma?" tanya Jisoo.

Dara menoleh, dan mengusap lembut ujung kepalanya. "Papa masih di ruang kerja, tadi ada klien yang telepon."

"Oh," wajah Jisoo mendadak muram dengan tatapan mengarah ke bawah, "kakiku udah enakan, besok senin udah bisa sekolah. Mama sama papa bakal balik kerja lagi, ya?"

Dara mengangguk. "Tapi, besok kita masih ada waktu buat nganter kamu ke sekolah sebelum ke bandara. Kamu titip sesuatu ke mama, deh. Nanti mama beli-in."

Jisoo memakan dengan lahap suapan dari Dara. "Gak, deh Ma, aku lagi gak mau barang."

"Nggak mau, nih?"

Jisoo mengangguk. "Tapi, coba kasih aku target dong, Ma. Misal aku bisa nyelesain itu, mama sama papa harus nurutin permintaanku," tawarnya.

"... Target, ya? Emang beneran sanggup?" Jisoo dan Dara menoleh saat pintu kamar tiba-tiba terbuka dan menampilkan seorang pria yang tersenyum lembut ke arahnya. "Terakhir kali pas ulangan kelulusan SMP aja kamu ngeluh siang malam gara-gara disuruh belajar terus."

Jisoo melotot mendengar sindir an dari papanya. Ia sontak menyilangkan tangan dan berpura-pura kesal. "Itu 'kan gara-gara Papa."

"Tapi kamu seneng'kan permintaannya dikabulin?" tanya Jiyoung.

Dulu Jiyoung memang pernah menantangnya satu hal, yaitu nilai ulangan Jisoo harus bisa memenuhi standar tinggi, dengan iming-iming mengabulkan permintaan apapun tanpa penolakan. Tentu saja ia langsung setuju dan sangat antusias, walau di pertengahan ia merasa sedikit menyesal karena harus mati-matian belajar hingga masuk ke berbagai macam les dari yang umum hingga privat.

Your Crush | Eunwoo • Jisoo | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang