Life is about the
struggle❝ Prinsip gue, hidup nggak harus kayak air yang mengalir. ❞
❝ Mereka cuma bisa merangkap sebagai
penuntun, bukan penuntut. ❞***
Jisoo terlihat sedang menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Wajahnya tampak suram, dengan bibir yang mencebik kesal sedari tadi. Ia bahkan tega menendang sebuah kaleng sampah yang sebenarnya tidak memiliki salah apa-apa terhadapnya. Namun, seperti kebetulan yang hebat, kaleng itu terlempar dan jatuh tepat ke dalam tempat sampah di dekat tempatnya sedang berjalan.
Kalau saja Jisoo melihatnya, ia pasti akan mencak-mencak kegirangan. Namun ia tetap saja menundukkan kepala dan menggerutu panjang lebar. Biar kita memundurkan waktu untuk mengetahui alasan mengapa gadis itu terlihat seperti ini.
Hari ini adalah hari pertama Jisoo menginjakkan kaki di sekolahnya. Ia sudah resmi menjadi anak SMA, dan baru saja menyelesaikan test IQ di hari pertama MPLS. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Dan Jisoo tidak suka masa-masa seperti ini, karena akan ada banyak kakak kelas yang menganggunya. Seperti menyuruhnya meminta tanda tangan ke seluruh anak OSIS. Jisoo tidak suka, ia takut kelepasan barbar saat harus berebutan tanda tangan.
Namun, sebenarnya ada alasan lain mengapa dirinya seperti ini. Jisoo tidak suka masuk ke sekolah SMA. karena aslinya ia ingin masuk SMK jurusan kesenian. Sialnya, karena nilai ujian nasional Jisoo lumayan bagus. Orang tuanya tanpa meminta pendapat darinya langsung memasukkan Jisoo ke sekolah yang sama sekali tidak dirinya minati.
Padahal rata-rata nilainya cuma delapan koma sembilan. Sehingga kalau Jisoo masuk ke SMA, ia harus memilih di antara dua jurusan yang sama-sama tidak dirinya sukai.
Jisoo tidak suka menghafal tahun, karena itu membuatnya mengantuk. Tetapi sebenarnya ia suka membaca sejarah, karena menurutnya itu sebuah cerita yang mengagumkan. Perlu digaris bawahi, Jisoo hanya suka membaca, bukan menghafal. Karena bagaimana pun juga, sejarah adalah sebuah Novel yang digarap langsung oleh Tuhan. Sang Pemilik Memori seluruh kejadian alam semesta.
Juga, Jisoo akan frustrasi jika harus menghadapi rumus-rumus Kimia. Kepalanya serasa berubah menjadi gunung Semeru yang kembali akan mengeluarkan kepulan asap hitam sangking panasnya. Namun lagi-lagi, faktanya Jisoo sedikit menyukai pelajaran Biologi karena dalam pelajaran itu ia akan mempelajari tentang struktur tubuh makhluk hidup yang sangat menakjub. Karena ya, Ciptaan Tuhan semuanya sempurna. Dan dimata Jisoo, itu adalah sebuah mahakarya seni yang tak tertandingi.
Kalau Fisika sih, sedikit-sedikit Jisoo bisa menggarapnya dengan nalar. Masalah rumus, Jisoo juga bisa menghafalnya di luar otak. Iya, 'di luar' otak.
Tiba-tiba saja lamunan Jisoo terpecah saat netranya terkena sebuah kilauan tidak terduga, ia sampai menutup pandangan dengan punggung tangannya karena silau. Jisoo mengeluh karena tidak bisa melihat.
Saat penglihatannya sudah bisa kembali normal, ia mulai menajamkan pandangan untuk melihat hal apa yang membuatnya bisa seperti ini. Namun sedetik kemudian, mulutnya malah menganga lebar dengan mata yang tidak berkedip barang sedetik. Jisoo membeku untuk beberapa saat.
"Ya Tuhan, nikmat-Mu manakah yang bisaku dustakan???"
Jisoo langsung menampar pipinya keras. Bisa-bisanya ia refleks membaca potongan ayat dari kitab suci saat melihat seorang laki-laki yang memakai seragam sepertinya—biru putih—tengah duduk di bawah pohon rindang, dengan buku tebal di pangkuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Crush | Eunwoo • Jisoo | ✓
Fanfiction"Woo, bibir kamu dalemmya dikasih kawat, ya?" "Hm?" "Tuh 'kan, buka mulut aja rasanya kayak nahan beban hidup." _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Kim Jisoo itu suka sama seni yang notabene cuma ada di SMK, sialnya malah masuk...