Dingin.
Jisoo mengusap-usap kedua bahu dengan tubuh yang bergetar mengigil. Sebelah tangan ia coba menggapai sekeliling untuk mencari selimut, tetapi yang ia dapat malah sebuah kaki—entah milik siapa—di atas perutnya.
Butuh waktu sedikit lama untuknya bangun dari medan magnet kuat di kasur, lantas berjalan sempoyongan menuju kamar mandi setelah sebelumnya menghentakkan secara asal kaki yang tidak lain adalah milik Lisa.
Lain kali sepertinya Jisoo harus menolak dengan tegas kalau-kalau Lisa ingin tidur dengannya lagi.
Bocah itu lebih rusuh ketika tidur ketimbang bangun. Selimut yang awalnya menyelimuti mereka saja saat ini terlihat teronggok naas di pojok ruangan. Pun dengan posisi Lisa yang sudah berubah 180° dari posisi awal.
Setelah mengambil handuk dan kimono mandi, Jisoo berada di depan wastafel. Dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya, ia mulai mengambil sikat gigi dan juga odol.
"Eh, salah ambil." Jisoo menutup kembali tutup sampo yang hampir ia tuangkan di atas sikat gigi. Ia menampar pipi, mencoba bangun.
Sikat gigi, cuci muka, lalu mandi. Saat keluar dari kamar mandi tubuhnya benar-benar terasa segar. Jisoo mengusap pelan surainya yang masih basah hingga menetes membasahi lantai. Mumpung begini, ia jadi memiliki niat usil.
Jisoo mulai mengendap-endap mendekati Lisa yang masih pulas tertidur. Lantas menggantungkan ujung rambutnya yang basah ke depan wajah Lisa. Tetesan air mulai menjatuhi wajah sahabatnya itu, membuatnya harus menahan tawa melihat ekspresi wajah Lisa yang berubah drastis.
"Heran, masih aja kagak bangun, padahal ekspresi udah kayak ikan keluar dari air," ujarnya sambil menjepit hidung Lisa.
Bosan karena yang diusili tidak mengeluarkan respons sesuai ekspetasi, Jisoo mulai berjalan menuju balkon rumahnya.
Langit masih tampak gelap karena waktu memang masih menunjuk pada angka empat lewat lima belas, dini hari. Beberapa minggu ini Jisoo memang sedang suka bangun lebih awal, entah kenapa ia ingin saja melihat matahari terbit. Walau aslinya, sih, hari ini ia susah banget mau lepas dari ranjang.
Bagaimana tidak? Kemarin saja ia keasyikan merumpi dengan Jennie, Rose, dan Lisa hingga tengah malam.
Jisoo mulai menajamkan pandangan saat langit mulai mengeluarkan rona-rona merah kekungingan, beriringan dengan munculnya sinar mentari.
Matahari pagi.
***
"Lo kenapa, Lis? Tumben-tumbenan dari tadi diem melulu."
Jisoo yang semula melihat pemandangan di luar jendela mobil mulai mengalihkan atensinya ke arah belakang. Jennie tampak memegang dahi Lisa, tetapi sang empu cuma menggelengkan kepala singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Crush | Eunwoo • Jisoo | ✓
Fanfiction"Woo, bibir kamu dalemmya dikasih kawat, ya?" "Hm?" "Tuh 'kan, buka mulut aja rasanya kayak nahan beban hidup." _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Kim Jisoo itu suka sama seni yang notabene cuma ada di SMK, sialnya malah masuk...