Dari sepuluh menit yang lalu, Jisoo terus melirik ke layar ponsel yang sengaja ia letakkan di balik lembaran buku.
Pukul lima kurang seperempat, kurang lima belas menit lagi sebelum waktu les usai. Bisa dibilang sebentar, tetapi ia sudah tidak sabaran menunggu. Dikarenakan hari ini akan membeli kado untuk Bunda Yejin, semangatnya jadi naik.
Pandangannya kembali menuju depan, kepada papan yang sudah terisi penuh dengan rumus-rumus serta banyaknya angka, tak lupa dengan seorang pengajar yang sedari tadi terus berbicara panjang lebar, terdengar sangat cakap dalam menjelaskan.
Jisoo menyangga dagu menatap fokus, mencoba memahami walau otak sudah terasa akan mendidih. Kalau teringat dengan perjanjian papanya, ia tidak boleh gagal. Kapan lagi orang tua super sibuknya itu bisa mengajukan diri untuk meluangkan waktu?
Omong-omong tentang itu... biar Jisoo kasih tahu sedikit informasi tentang keluarganya.
Papanya adalah seorang ahli arsitektur perkapalan yang selalu dibutuhkan kemampuannya, sedangkan ibunya adalah seorang desainer sukses yang suka menjelajahi trend fashion di setiap negara. Sibuk? Sangat. Berjauh-jauhan? Pasti.
Menjadi anak tunggal dengan kedua orang tua yang memiliki karir cemerlang terkadang memang membuatnya merasa kesepian. Bahkan saat kecil Jisoo sampai harus dititipkan kepada kakek dan neneknya dikarenakan mama papanya yang selalu sibuk mengejar karir. Meski begitu, ia tidak tumbuh menjadi pribadi yang memberontak demi mendapat secuil perhatian pada orang tua yang selalu sibuk.
Setidaknya, sedari kecil kakek dan nenek sangat menyayangi dan selalu memberi nasihat kepadanya. Mereka sering berkata kalau mama papa selalu mencintai Jisoo, tetapi... setiap orang selalu memiliki cara yang berbeda dalam menyampaikannya.
Sehingga semakin bertumbuhnya usia, ia jadi beranggapan bahwa mama papanya menyalurkan rasa itu dengan cara mendidik Jisoo menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki ambisi.
Sesibuk-sibuknya jadwal pekerjaan, ia akan tetap berpikir bahwa mereka selalu berusaha untuk meluangkan waktu. Walau memang tidak selalu akan begitu.
Beberapa menit kemudian, Jisoo mengerjab ketika mendengar dering pemberitahuan bahwa bimbingan belajar telah usai. Sang pengajar lantas memberikan salam penutup, semua mulai membereskan barang-barang di meja sebelum sesi berdoa.
“Terima kasih, dan semoga pembelajaran hari ini bisa bermanfaat.”
Jisoo sudah berada di mobil beberapa waktu kemudian. Ia tengah menyampirkan sabuk pengalaman sebelum akhirnya menatap Pak Juni seraya berbicara, “Pak, nanti ke Mall yang biasanya, ya. Saya janjian mau beli sesuatu sama temen-temen.”
“Oh? Baik, Non. Sampai jam berapa?” tanya Pak Juni sambil melirik Jisoo lewat kaca mobil. Mesin mulai menyala, mobil perlahan melaju keluar dari gerbang.
“Agak malem kayaknya, Pak.”
“Oke, Non.”
“Pak Juni mau nitip sesuatu? Pas nunggu, mending di kafe aja Pak sekalian ngadem.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Crush | Eunwoo • Jisoo | ✓
Fanfiction"Woo, bibir kamu dalemmya dikasih kawat, ya?" "Hm?" "Tuh 'kan, buka mulut aja rasanya kayak nahan beban hidup." _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Kim Jisoo itu suka sama seni yang notabene cuma ada di SMK, sialnya malah masuk...