Chapter 16.

456 39 2
                                    

Di rumah keluarga Kim suasana tampak begitu sepi, rumah besar itu seolah kehilangan kehangatannya.

Ny. Kim, ibu dari Seokjung dan Seokjin tengah berada di ruang kamar  putra bungsunya, yang sudah hampir tiga bulan ini tidak ditempati oleh si empu kamar.

Mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan perasaan yang berkecamuk, di dominasi oleh rasa sedih bercampur rindu.

Setelah sebelumnya Ibu mengunjungi kamar Seokjung, sekarang Ibu memilih untuk datang ke kamar Seokjin.

Membuka tirai jendela yang sudah lama tertutup, memang sejak kamar itu tidak ditempati oleh Seokjin lagi , tirai maupun jendela disana jarang dibuka.

Hanya sesekali salah satu maid di rumah tersebut membersihkan kamar tersebut.

Langkah kaki Ibu berlanjut di sebuah lemari kayu disana, membuka pintu lemari dengan gerakan perlahan.

Menyaksikan, Baju -baju dan pakaian Seokjin lainnya yang masih tertata rapi di dalamnya. tidak ada yang berubah, tidak ada yang berkurang.

Seokjin  tidak membawa apa-apa saat   Seokjung mengajak nya untuk tinggal bersamanya di apartement.
Jari-jari Ibu menyentuh pelan berbagai macam baju yang menggantung dengan rapi disana.

Walaupun Ibu masih bisa menemui Seokjin, rasanya Ibu tetap merasa rindu.

Kamar Seokjin yang dulunya ramai karena celotehan Seokjin maupun teman-teman nya yang sering menginap disana. Sekarang semuanya berubah, menjadi sepi, menjadi sunyi.

Beralih ke ranjang Seokjin yang sudah lama tidak ditempati , semuanya masih sama,

Wangi aroma lavender juga masih kuat tercium disana, membuat Ibu semakin rindu.

Ibu ingin Seokjin kembali, Ibu ingin Seokjung kembali.  Ibu merindukan kedua putranya.

Ibu mengusap matanya yang mulai memgembun, semakin lama berada disana, semakin Ibu dibuat sesak di dalam dada, karena menahan rindu.

Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Ibu.

" Aku memanggilmu sejak tadi, kenapa kau tidak menjawab panggilanku? "  Tanya Ayah- Tuan Kim - mendekati istrinya.

Ibu masih terdiam, enggan menjawab pertanyaan suaminya.

" Apa yang kau lakukan disini? " tanya Ayah.

" Menurutmu apalagi? " Ibu berujar lirih.

" Kau merindukan dia? "

" Bagaimana aku tidak merindukannya, dia putraku" seru Ibu.

" Bukankah kau sering mengunjunginya? "  Ayah duduk disamping Ibu.  Sikap istrinya itu berubah sejak Seokjin meninggalkan rumah.

" Bukankah seharusnya aku tidak perlu mengunjungi putraku ditempat lain, jika dia tinggal disini? "

" Lalu kenapa kau tidak membuatnya kembali kemari? "

" Jika itu bisa, tentu sudah aku lakukan sejak awal. "  Ibu berusaha menahan marahnya.

Ayah terdiam, apakah yang ia lakukan adalah kesalahan? Putra-putranya meninggalkannya, hanya karena tidak mau dijodohkan oleh anak rekan bisnisnya.

Padahal itu jelas akan menjamin kehidupan mereka.

" Kau? Bisakah kau hentikan keinginanmu itu? Itu tidak ada gunanya, itu semakin menjauhkan kita dengan anak-anak kita"   Suara Ibu terdengar memohon sekarang.

" Tapi aku sudah berjanji dengan kolega-kolegaku, aku tidak mungkin membatalkan nya, atau kita semua akan menanggung malu. "

" Aku lebih baik menanggung malu, daripada harus kehilangan putra-putraku" Tegas Ibu.

𝙁𝙡𝙮 𝙒𝙞𝙩𝙝 𝙏𝙝𝙚 𝙒𝙞𝙣𝙙 || KSJ  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang