Chapter 4

790 61 2
                                    

Ibu dan Seokjung sedang duduk di sebuah soffa panjang di ruang rawat Seokjin.

Memperhatikan perawat yang sedang mengganti infus milik Seokjin. dan membetulkan posisinya yang sedikit bergeser karena gerakan yang ditimbulkan Seokjin tadi.

Melakukannya dengan sangat hati-hati.  Ya karena selain hati Seokjin yang sensitif.  Tubuhnya jauh lebih sensitif, sedikit saja terluka bisa berdampak serius.

Setelah selesai, perawat tersebut dan membungkuk kepada Seokjin, kakaknya juga ibunya untuk pamit keluar ruangan

Ibunya berjalan menghampiri Seokjin diikuti oleh Seokjung.

" Ibu senang kau sudah baik-baik saja sekarang nak,  kemarin kau membuat Ibu sangat takut, " Ibu mengusap pelan lengan Seokjin.

" Sekarang aku bahkan bisa memukul pantat Seokjung Hyung bu , "   Seokjin tergelak.  Tidak peduli dengan delikan mata sang kakak.

" Sudah jangan mulai, kau itu masih harus banyak istirahat, "  Seokjung terdengar bijak.

" Ibu sampai lupa mengatakan kalau Ayahmu tidak bisa kemari, ada sesuatu yang harus diselesaikan di kantor, "  kata Ibu  pada Seokjin

Seokjin nampak tidak terlalu peduli, begitupun dengan Seokjung.

" Jika Ayah kemari dan bersamaku, dia takut perusahaan nya bangkrut bu, lagipula aku tidak peduli ada Ayah disini atau tidak, "  Seokjin menggendikan bahunya.

" Tidak boleh bicara seperti itu,  Ayahmu juga mengkhawatirkan mu Jin, "  balas Ibu

Seokjin menatap Ibunya malas, akhir-akhir ini dia malas bicara menyangkut Ayahnya.

Sebenarnya Ayah adalah orang yang baik, kepala keluarga yang baik, pekerja keras, dan bertanggung jawab hingga mereka menjadi salah satu keluarga kaya di Seoul.

Menjadi pendiri sekaligus CEO dari perusahaan Nam Jung Company,  bergerak di bidang ekspor impor baja dan nikel, perhotelan dan beberapa sekolah swasta.

Membuat keluarga mereka disegani oleh orang-orang penjilat yang memandang status manusia dari harta dan tahta.  Membuat Seokjin muak.

Seolah lupa jika semua harta bahkan nyawa adalah titipan yang maha kuasa. Bisa datang dan pergi seiring berjalannya waktu

Merengkuh kekayaan dunia tidak akan pernah merasa puas, akan semakin haus jika tidak segera merasa cukup.

Begitu juga dengan sang Ayah,  melakukan berbagai macam cara agar semakin luas dan besar jangkauan perusahaan nya.

Ayahnya yang selalu terobsesi dengan harta, hingga rela mengorbankan kebahagian anak-anaknya.
Padahal harta keluarganya sudah cukup membuat hidup mereka makmur hingga nanti.

Masih tertancap kuat di ingatannya ketika Seokjung  menolak mentah-mentah perjodohan yang dilakukan oleh Ayahnya dengan putri salah seorang rekan bisnisnya.

Ayah murka, sumpah serapah keluar dari mulutnya , Ayah yang dahalu bahkan jarang membentak mereka apalagi berbicara kasar.

Ayah digelapkan oleh harta.

Rumah kehilangan kehangatannya.
Meja makan selalu sunyi, tanpa suara berisik Seokjin yang takut kakaknya mengambil potongan ketiga daging asap miliknya.

Ruang keluarga yang berubah hening tanpa teriakan-teriakan Seokjung yang dijahili oleh Seokjin,  Ayah dan Ibu hanya akan tertawa melihat keduanya, dan Ibu terkadang akan menjadi wasit yang sesekali melerai mereka.

Akhir pekan yang tidak menyenangkan seperti sebelumnya, tidak ada acara keluar kota bersama untuk sekedar piknik dan membawa bekal kesukaan Seokjin.

𝙁𝙡𝙮 𝙒𝙞𝙩𝙝 𝙏𝙝𝙚 𝙒𝙞𝙣𝙙 || KSJ  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang