Chapter 27.

431 34 2
                                    

Dua bulan sudah berlalu
Namun Seokjin masih tidak seceria biasanya.

Ia lebih suka menyendiri dan termenung dikamarnya.

Teman-temannya berusaha menghiburnya, mengajaknya pergi menonton film, ke perpustakaan besar di kota Seoul, karena mereka tahu Seokjin hobi membaca.

Mengajaknya ke museum yang merupakan usul dari Namjoon.
Atau sekedar menikmati udara sore hari di rooftop apartement.
Dan Seokjin masih saja sering terdiam. Ia seperti tidak punya gairah.

Sesekali juga masih pergi ke kedai, membantu pekerjaan Eunbi dan Jungkook, yang berakhir dengan menikmati menu gratis disana.

Namun tetap saja, Seokjin tidak seceria seperti biasanya. Ia hanya akan tersenyum seperlunya.
Tentu saja ini membuat teman-teman nya merasa bingung dengan perubahan sikap Seokjin. Entah harus bagaimana lagi agar mereka tidak selalu melihat Seokjin yang murung.
Sejak peristiwa itu terjadi, mereka sudah paham perasaan Seokjin saat ini. Dan itu membuat mereka sedikit banyak ikut bersedih.


Seokjin bukan takut dengan kehidupannya setelah keputusan sang Ayah. Hidupnya selalu terjamin karena kakaknya maupun Ibunya.
Kuliah nya hampir selesai dan ia mungkin akan segera bekerja.
Sesuai kemampuannya tentunya.

Ia hanya belum percaya dan tidak menyangka jika keluarganya akan hancur seperti ini. Seperti sebuah puzzle yang berserakan. Ia ingin merekatkan kembali, namun ia harus memilih mengorbankan perasannya maupun perasaan Seokjung.

Seokjung memang melimpahinya dengan kasih sayang , namun tetap saja Seokjin merasa ada yang kurang.
Keluarganya, Keluarganya yang hangat. Dulu.

Seokjung memilih menyibukan dirinya dengan banyak bekerja di kantor, Perusahaannya akan kembali membuka cabang di Busan.
Itu membuatnya semakin sibuk, pergi pagi-pagi sekali. dan pulang saat larut malam. Tak jarang ia menemukan Seokjin yang tertidur di soffa karena menunggunya kembali ke apartement.

Seokjung sebenarnya merasa bersalah karena ia tidak mampu memberikan banyak waktu untuk Seokjin.
Namun apa boleh buat, ini dilakukan nya semata-mata demi masa depannya dan masa depan Seokjin agar semakin terjamin.

Seokjin tidak pernah protes dengan kegiatannya belakangan ini.
Seokjin hanya lebih banyak diam dan memaklumi pekerjaan kakaknya.

===

Sore  ini, Seokjin duduk termenung di pinggir lapangan basket kampus.
Beberapa waktu lalu ia menonton para mahasiswa yang sedang bermain basket disana. dan itu sudah selesai sekitar 30 menit yang lalu, tapi Seokjin belum ada niatan  untuk beranjak meninggalkan tempat itu.
Lapangan sudah sepi.

Ia juga menolak ajakan pulang teman-temannya, ia beralasan ingin menyendiri disana, dan mengusir teman-temannya yang selalu memaksanya.
Awalnya teman-temannya Seokjin menolak untuk pulang. Namun Seokjin bersikeras. Ia memang butuh waktu untuk menenangkan pikiran dan batinnya. Ia tidak tahu kapan luka itu akan sembuh, seberapa kuat ia mencoba menjahitnya, menutupinya, nyatanya sakit akibat luka di hatinya belum sepenuhnya hilang, sering kembali terkoyak karena ia yang tidak selalu berhasil menguasai perasaannya. Tidak berdarah,tapi sakit.


Seokjin meneguk air mineral yang sengaja ia bawa. Sembari menikmati semburat jingga yang menelisik dari celah dedaunan.
Seokjin menyukai warna langit di sore hari. Entah mengapa itu membuatnya merasa lebih damai.
Semilir angin juga semakin menambah nyaman, membuatnya sejuk.
Beberapa burung gereja nampak berada di dahan-dahan pepohonan seraya berkicau berisik.

" Seokjin Hyung! "  Seokjin terlonjak kaget saat ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang.


Seokjin menoleh dan tersenyum kecil saat melihat Jungkook tersenyum kepadanya, memamerkan gigi kelincinya.


𝙁𝙡𝙮 𝙒𝙞𝙩𝙝 𝙏𝙝𝙚 𝙒𝙞𝙣𝙙 || KSJ  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang