Kini Eloise sudah tenang. Ia bahkan tertidur di dekapan Augustine.
"kau wanita yang kuat El "
Ucap Augustine menepuk puncak kepala Eloise
Augustine membawa Eloise ke dalam kamarnya
Ia meletakkan Eloise di ranjang pelan-pelan
"tidurnya... Pulas sekali bagaimana kalau dia bersama orang lain apakah dia akan tidur sepulas ini? "
Augustine merebahkan dirinya disamping Eloise menatap gadis dihadapannya
"cantik"
Perlahan ia mengusap pipi Eloise dan tertidur lelap di samping nya
Keesokan harinya
"aaaaaaaaa!!! "
"pagi-pagi sudah berisik saja"
"k-kok aku disini bukannya aku sedang di Maldives? "
"hah? Maldives? "
"ahhh iya ya mimpi ternyata sedih sekali apa aku harus tidur lagi? "
"ini sudah siang bangun"
"oh iyakah oiya kau habis darimana berpakaian seperti itu? "
Eloise menatap Augustine yang sedang menuangkan air putih untuknya
Melihat pakaian yang sedikit ketat hingga menepakkan perut kotak-kotaknya sementara keringat yang bercucur dari dahinya serta pesona ketampanan yang tiada tara membuat wajah Eloise memerah karenanya
Mungkin ada untungnya aku bangun. Benar-benar timing yang pas!
"kenapa menatapku seperti itu? "
"tidak kok~"
"pulanglah nanti sore kita bertemu di kedai biasa kita minum"
"okidoki oh ya sebelum itu... "
"apa lagi? "
"b-boleh pegang? "
" ha? "
"itu peru- astaga Eloise sadar kau! "
Ucap Eloise menepuk-nepuk pipinya
"dasar mesum"
"wha-?! Mesum?! "
"perempuan mana yang bilang secara langsung ingin memegang perut seorang pria"
BLUSH
"a-aku pergi"
Eloise pun pergi dengan wajah merahnya
Astaga mulut bodoh ini! Bisa-bisanya keceplosan ingin memegangnya?! Arrgghh
Di sisi lain Augustine tersenyum senang melihat ekspresi wajah Eloise yang menurutnya cukup menggemaskan
"dia suka pria yang seperti itu ya? "
***
Sore pun tiba Eloise memasuki kedai yang Augustine tunjukkan dan melihat ada pria bertudung yang tak asing di pandangannya
Tak berpikir panjang Eloise menghampirinya untuk melihat seseorang di balik tudung hitam itu
"K-kau?! "
Ucap mereka bersamaan
"tunggu kau yang tidur denganku saat di rumah viscount ruth ya? "
"hmmm kau kalau tidak salah namanya elios ya? "
"Eloise "
"maaf salah menyebutkan namamu Eloise Raveen"
Ucap pria itu dengan seringaiannya
Eloise terkejut dengan ucapan pria di hadapannya bagaimana ia bisa tahu marganya?
"kau bagaimana- "
"sudah jelas golden eye hanya dimiliki keluarga Raveen dan kau memilikinya"
"aku harap kau tutup mulut mu itu your highness Louis Baker"
"kau sekarang percaya aku putra mahkota? "
Eloise menundukkan kepalanya malu
Sial bisa-bisanya aku bicara kasar padanya saat itu
"i-iya "
"bagus. Aku mau kita tidak bicara formal saat di luar istana aku tidak mau ketahuan penyamaranku"
"as you wish"
"dan juga aku diundang oleh duke Augustine kesini"
"bagaimana bisa ia mengundang pangeran kesini "
Bisik Eloise ke Louis
"tenang saja aku yang ingin disini berbicaranya"
"oh"
Di tengah perbincangan mereka, pintu kedai terbuka menampakkan Augustine yang baru saja datang.
Ia yang melihat Eloise dan Louis duduk bersama pun langsung menempatkan dirinya di samping Eloise
"kalian sudah saling kenal? "
"ooh Eloise? iya aku sudah kenal dia yang ti-"
Eloise menutup mulut Louis dengan tangannya
"awas saja kau cerita pada Augustine"
Bisik Eloise
Louis yang mendengan peringatan wanita dihadapannya pun ia hanya bisa mengangguk dan ia pikir itu juga hal yang seharusnya tidak ia bicarakan
"kenapa El? "
"ahh tidak tadi ada nyamuk di mulut Louis "
Augustine menatap Eloise curiga
"benar-benar tadi ada lalat dimulutnya"
"bukannya tadi kau bilang nyamuk? "
"eh... Lalat? nyamuk maksudku"
"pftt hahahahahaha kalian lucu sekali hahaha"
Gelak tawa muncul dari Louis
Augustine mengeluarkan berkas yang ia bawa di saku mantelnya dan memberikannya pada Louis
"apa ini? "
"bukti kau akan segera mati"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Raveen
Historical FictionDi dunia penuh kekayaan dan intrik perdagangan minyak, keluarga Raveen mengemban reputasi gemilang dan keluarga sempurna. Namun, di balik kilau gemerlapnya tersembunyi dendam kelam yang meratap di hati Eloise Raveen, seorang gadis berusia 20 tahun y...