Sakit.
Haikal, Shaka, serta Nanda merasa sakit pada hati mereka, saat melihat kondisi Juna yang memprihatinkan.
Bagaimana tidak merasa sakit, mereka melihat si sulung yang terbaring lemah dengan menutup mata sejak semalam.
Tepatnya kemarin saat adzan maghrib berkumandang, Juna berteriak sakit sembari menekan perutnya sampai megeluarkan air mata, suhu tubuhnya tinggi, keringatnya banyak, dan meraung-raung memanggil bunda.
Mungkin Juna seperti itu hanya berkisar 15 menit. Walaupun hanya memakan waktu yang singkat, tapi tangisannya mampu membuat orangtua serta saudara kembarnya ikut menangis.
Sesakit itukah?
Karena kondisi Juna yang semakin memburuk, maka ayah memutuskan untuk membawa keluarganya pergi ke Jogja setelah sholat magrib.
Untungnya, mulai besok sekolah si kembar telah memasuki libur akhir tahun. Sayangnya, karena libur akhir tahun tersebut, lalu lintas menjadi macet dan menghambat perjalanan mereka.
Jika lalu lintas tidak macet, mungkin mereka akan sampai di Jogja pukul 4 pagi. Tapi, karena lalu lintas macet, mereka baru sampai pada pukul 7 pagi.
...
Berjalan seperti setrika dan berharap cemas. Haikal tidak bisa untuk tidak khawatir pada kakaknya yang katanya sedang menjalani pengobatan bersama neneknya, didampingi bunda serta kakak sepupunya.
Dan saat melihat kakak sepupunya keluar dari ruangan yang ditempati Juna, Haikal berharap dirinya mendapat kabar baik.
"Gimana mbak keadaan Kak Juna?" Tanya Haikal pada kakak sepupunya yang bernama Ayu.Ayu tersenyum dan menepuk kedua pundak remaja di depannya, "Juna baik-baik aja. Panasnya udah turun, keringatnya udah nggak sebanyak tadi, terus tidurnya juga udah pules."
Ayu mengerti kekhawatiran yang dirasakan Haikal. Adik mana sih yang tidak khawatir saat melihat keadaan kakaknya yang seperti itu.
Dalam hati, akhirnya Haikal dapat bernafas lega. Karena baginya, jika tidur Juna sudah pulas, berarti si kakak telah melewati keadaan terburuknya.
"Ayah lo kemana?"
"Ayah lagi nemenin kakek di teras."
"Lo nggak ikut?"
"Males mbak."
Ayu menangkup pipi tirus Haikal, "Kalo gitu, lo mandi, ya? Terus tidur, kalo lo nggak tidur sekarang, nanti malem siapa yang mau ikut mabar PUBG sama Azka, hm?"
Haikal terkekeh sesaat. Ia memegang tangan kakak sepupunya, dan menurunkan secara perlahan.
"Padahal Mbak Ayu tinggal bilang kalo gue bau asem," cibir Haikal sebelum pergi meninggalkan kakak sepupunya.
"Lah? Asem bener itu bocah. Main pergi aja." Sungut Ayu pada Haikal.
Saat ia berniat melangkah pergi dari sana karena ingin menemui Mama Sely, mama kesayangannya, tiba-tiba pundaknya ditepuk dari belakang.
Refleks, Ayu berbalik dan menemukan remaja laki-laki bermata tersenyum yang menjabat sebagai adik sepupunya, Shaka.
"Kenapa, Ka?"
Shaka tersenyum sampai matanya ikut tersenyum, "Mbak Ayu liat bunda nggak?"
Ayu menunjuk ruangan disamping kirinya yang tertutup pintunya, "Disana, lagi nungguin Juna bareng nenek."
"Aku boleh masuk ke dalem, nggak?" tanya Shaka ragu.
Ayu tersenyum tipis, "Nanti malem aja, ya? Sekalian sama mbak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...