Ulangan Akhir Semester.
Hal yang paling ditunggu si kembar. Sebab mereka merasa bahagia. Bukan, bukan saat menjalankan ulangan nya, tapi setelah melaksanakan ulangan nya, mereka merasa bahagia karena telah bebas dari segala tekanan yang berkaitan dengan belajar.
Ya walaupun, si kembar itu termasuk golongan anak-anak berotak encer, tapi tetap saja mereka juga ingin merasakan yang namanya kepala puyeng saat belajar layaknya remaja yang lain, dengan cara belajar sehari sebelum ulangan dilaksanakan. Ada-ada saja memang.
"Gue sama saudara yang lain itu punya pegangan kata-kata gini selama masuk SMA. Belajarlah sampe lo ngerasa mumet. Soalnya, kalo kita nggak belajar sampe mumet, rasanya kayak kurang puas gitu dalam menikmati masa muda."
Kira-kira begini jawaban yang akan dilontarkan oleh Haikal, jika ada yang bertanya soal alasan belajar sampai se-gitunya.
Padahal, Ayah Adimas dan Bunda Wendy tak menuntut keempat anaknya untuk memiliki nilai yang melejit tinggi. Ayolah... mereka tak mau psikis anak-anaknya terganggu karena tertekan. Terserah mereka sajalah mau bagaimana.
Kini telah terhitung seminggu berlalu semenjak ulangan selesai, berarti telah sebulan berlalu setelah insiden Reva menabrak Haikal di tangga, ada kabar baik mengenai kondisi kaki Haikal. Kaki kanannya telah sembuh dan dapat digerakkan seperti biasa. Bahkan, ia dapat mengikuti ulangan dengan baik.
Namun ada kabar buruk bagi si kembar soal Reva, anak kecil itu sekalipun tak mau bergaul dengan si kembar, kecuali Juna. Ia malah semakin menempel pada laki-laki yang berstatus anak sulung itu.
Walaupun diiming-imingi coklat dan boneka oleh Haikal, diajak Shaka bermain bersama 3 kucing kesayangannya, dan yang terakhir diajak Nanda pergi ke toko mainan untuk membeli mobil-mobilan, Reva tetap tak mau ikut diantara salah satu.
Pokoknya hanya Juna seorang yang ia suka, meskipun hanya diajak rebahan, ataupun menggambar.
Namun, saat Juna mengajaknya main ke rumah tetangga di seberang, Reva langsung mau menempel ke salah satu anak laki-laki dari pemilik rumah. Ethan Putra William, adik kandung dari Markipul.
Juna agak heran sih awalnya. Tapi saat melihat interaksi keduanya bermain lego, ia memaklumi. Bayi bertemu dengan bayi memang sudah selayaknya satu frekuensi.
Mungkin... karena ia merasa gemas, tanpa sadar Juna tersenyum lebar hingga membuat laki-laki yang duduk disampingnya terheran.
"Lo kenapa, Jun? Nggak gila, kan?" Celetuk Mark penasaran, sekaligus heran.
Juna menoleh ke samping kanannya sekilas, kemudian menggeleng singkat dengan senyum yang masih betah terukir di wajahnya. "Gue nggak papa Bang Ipul."
Tak mungkin kan, jika Juna bilang kalau dalam benaknya, ia berinisiatif untuk mengucapkan terima kasih pada Ethan. Berkat nya, ia jadi memiliki alternatif lain jika sedang dalam kondisi lelah saat Reva datang bermain.
Juna menghirup nafas, dan menghembuskan di udara. "Bang, kalo gue bawa sepupu kesini boleh nggak?" Tanyanya tiba-tiba.
Mark menautkan kedua alisnya, sedikit bingung dengan pertanyaan tiba-tiba Juna yang menyinggung masa depan. Ia berdehem, kemudian menjawab, "Sure. Boleh aja."
"Yakin?"
"Emang orangnya gimana? Bukannya bagus ya, kalo Ethan punya banyak temen dirumah, pas gue lagi sibuk diluar." Mark menatap adiknya yang terlihat bahagia saat bermain dengan Reva.
"Lagipula... sekarang kan udah masuk liburan akhir semester." Tambahnya seraya menggaruk hidung mancung nya.
Juna terdiam sesaat. Kemudian membuka mulut untuk menyahuti perkataan tetangganya, suara notifikasi pada ponsel pintarnya yang terletak di meja telah lebih dulu menghentikannya untuk menyahuti.
![](https://img.wattpad.com/cover/250457252-288-k453355.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfic[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...