Tak terasa, sudah seminggu berlalu.
Kondisi Juna sudah bisa dikatakan sembuh sepenuhnya. Walaupun belum diperbolehkan ikut beraktivitas berat seperti saudara kembarnya, paling tidak ia diperbolehkan melakukan rutinitas seperti biasa, menggambar.
Ditemani secangkir teh pahit racikan neneknya, Juna duduk anteng di teras melakukan rutinitas biasanya. Menggambar.
Tak ada yang heran jika Juna menggambar sosok beda alam, rasanya sudah biasa saja. Tapi, saat Juna menggambar seorang perempuan cantik tanpa coretan luka sedikitpun, rasanya ia seperti mendapat pencerahan.
Lain dari biasanya yang paling mentok menggambar sosok perempuan cantik dengan goresan luka.
"Wih! Lo kesambet apa, kak? Tumben gambar cewek cakep." Celetuk Haikal yang baru datang ke teras membawa sepiring buah apel.
Juna melirik Haikal yang duduk disampingnya, "Cakep?"
Sinting, pikir Juna. Gambaran jelek hitam putih begini dibilang cakep. Apalagi, ia menggambar yang beda alam begini.
Haikal mengangguk, "Dapet pencerahan apa lo? Biasanya juga gambar yang nggak jelas." Katanya sebelum memasukkan sepotong apel yang telah dipotong ke mulutnya.
Juna diam, enggan membalas perkataan adiknya yang paling usil ini. Terus mengarsir dan sesekali melihat ke arah depan.
"Kak Juna, kata nenek teh nya harus diminum semua sebelum sarapan." Celetuk Nanda yang baru datang dari dalam rumah, bertepatan dengan kedatangan Shaka yang sepertinya baru selesai olahraga pagi.
Juna hanya bergumam untuk menanggapi Nanda.
"Kayak pernah liat. Dimana ya?" Gumam Shaka setelah mengintip gambaran kakaknya.
Karena penasaran, Nanda ikut serta melihat gambaran kakaknya. Oh, dia ternyata. Nanda yang sudah tahu siapa obyeknya, lebih baik ia diam saja. Tidak perlu ikut menebak.
"Lo tau nggak, Nan?" Shaka menatap Nanda penasaran.
"Coba lo baca pikirannya kakak." Suruh Nanda tanpa menjawab pertanyaan dari abangnya.
Shaka mengelus dadanya sabar, "Dek, kalo gue bisa baca pikirannya Kak Juna, nggak bakal gue tanya lo."
"Ya udah, tanya aja ke Mas Haikal." Suruh Nanda untuk kedua kalinya.
Shaka menoleh ke Haikal. Ia bisa melihat adiknya yang fokus memakan apel, dan dikerumuni burung pipit tepat di kakinya.
"Dia mana paham?" Keluh Shaka.
"Lo beneran nggak tau?" Tanya Shaka lagi. Dirinya benar-benar ragu jika adiknya yang satu ini tidak tahu apa-apa.
Nanda tersenyum, dan menggeleng. Ia merasa dirinya harus segera pergi dari sana, sebelum mendapat cecaran pertanyaan dari abang serta mas nya.
"Tanya aja ke kakak. Dia lebih tau jawaban pastinya." Ucap Nanda sebelum kembali ke dalam rumah.
Namun, sebelum benar-benar masuk, Nanda sempat melihat ke gerbang utama. Ternyata dia masih berada disana sejak kedatangannya kemari.
Shaka tergelak saat mendengar ucapan Nanda, sementara Juna hanya tersenyum tipis. Lain lagi dengan Haikal yang telah menyeruput teh milik Juna.
"Anjir! Ini teh apa brotowali sih?!" Sungut Haikal yang buru-buru meletakkan teh milik Juna, dan memakan buah apel nya lagi.
"Makanya jangan asal serobot. Punya mulut fungsinya buat ngomong, ijin." Celetuk Juna pedas.
Haikal mendengus. Apalagi saat melihat reaksi Shaka yang tertawa hingga matanya berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...