Happy reading...
Entah hanya perasaan Wawan saja atau memang benar adanya, ia merasa jika selama 2 hari ini salah satu si kembar yang bernama Arjuna seperti memberi jarak berinteraksi dan menatap dirinya dengan sorot yang mengisyaratkan permusuhan.
Awalnya Wawan mengira jika si sulung bersikap demikian karena mood-nya sedang jelek saja. Tapi lama-lama Wawan sadar, bahwa Juna hanya bersikap demikian hanya pada dirinya.
Saat berada di garasi, di balkon, bahkan ketika di ruang keluarga seperti malam ini, Wawan tak nyaman. Ia merasa terintimidasi. Pokoknya dimana ada Juna, disitu dirinya merasa tak nyaman. Mau bertanya, tapi khawatir kalau misalkan di sembur dengan kata-kata pedasnya.
Yah... walaupun disampingnya ada Shaka, tapi tetap saja rasanya Wawan butuh keberanian besar hanya sekadar untuk bertanya pada Juna.
Sungguh, Wawan merasa sangat penasaran yang menjadi penyebab kakaknya bersikap demikian. Maka dengan keberanian yang dikumpulkan secara mendadak, ia bertekad bertanya pada Juna.
"Kak Juna," panggil Wawan pada laki-laki yang tengah bersandar pada sofa, seraya menggambar sesuatu di sketchbook miliknya.
"Apa?" sahut Juna hanya menoleh sekilas.
Wawan sedikit memiringkan kepalanya, "Kak Juna kenapa kayak jaga jarak sama aku? Aku ada salah sama kakak, ya?"
Gerakan tangan Juna terhenti sejenak, kemudian ia kembali melanjutkan kegiatannya, "Menurut kamu?" Tanyanya datar.
Wawan menggeleng, "Aku ngerasa nggak punya salah sama kakak."
Juna langsung mendesis tak suka kala mendengar jawaban si bungsu. Ia menghentikan gambarannya, kemudian mengambil posisi duduk tegak menghadap Wawan.
"Kamu pernah bilang apa ke temenmu yang nginep disini itu? Darto? Harto?"
"Hartono, kak." Wawan berceletuk membenarkan.
Juna mendengus sebal, "Terserah siapa namanya. Kamu bilang apa ke dia?"
Remaja laki-laki pecinta donat itu terdiam sejenak, menelisik ingatannya ketika Hartono datang menginap karena mengerjakan tugas kelompok. Hm... Wawan rasa tak ada. Ia tak mengucapkan apa-apa pada temannya yang gampang panik itu.
"Aku nggak bilang apa-apa, Kak." Wawan berkata jujur seraya memasang ekspresi polosnya.
Alis Juna terangkat satu, "Yakin?"
"Emang kenapa, kak?" Shaka turut buka suara karena rasa penasarannya meningkat pesat.
Juna melepaskan kacamatanya sebelum menatap intens pada salah satu adiknya yang kemarin telah dinyatakan sembuh total dari sakitnya akibat kecelakaan.
"Nanda, gue denger dari dia," Juna melirik sinis Wawan, "kalau adek bilang ke temennya gue itu wibu."
"Wibu?" beo Shaka.
Shaka mengerjapkan mata beberapa kali. Memproses informasi yang baru saja ia dengar. Wibu? Maksudnya orang yang suka menonton anime? Yang benar saja!
"Maksudnya Wawan bilang ke temennya itu kalo lo suka nonton an--" ucapan Shaka seketika terhenti saat tak sengaja mendengar isi kepala Wawan.
'Oh iya! Aku pernah bilang ke Hartono kalau Kak Juna itu wibu. Tapi... Kok Kak Juna bisa tau sih?' batin Wawan bingung.
"Njir! Lo Beneran dikata wibu?!" kata Shaka tak percaya.
Juna mendeklik tak suka pada Shaka, "Diem!"
Shaka menurut begitu saja. Ia langsung diam karena merasa bahwa Juna benar-benar diambang batas kesabaran. Bahaya, ini kalau Wawan tak diungsikan bisa terjadi hal-hal tak diinginkan yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...