Peci hitam, baju koko, dan sarung wadimor.
Perpaduan yang pas.
Dan.
Ganteng, adalah kata yang dipilih bunda untuk menggambarkan si kembar saat ini. Memang bukan hal baru lagi sih, jika melihat si kembar berpakaian alim seperti ini.
Tapi, tetap saja aura yang dipancarkan ketika memakai baju koko dan kaos oblong itu sangat berbeda.
"Anak-anak bunda kok ganteng sih." Kata Bunda Wendy dengan wajah berseri-seri.
Haikal menghampiri bunda yang duduk di sofa, dengan percaya diri berpose didepan bunda, "Pasti aku yang paling ganteng kan, bun?"
"Ganteng pala lo." Sahut Shaka, seraya menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari.
Haikal melirik abangnya sinis, "Iri mulu perasaan."
Bunda menggeleng, heran kelakuan anak-anaknya. Kenapa mereka semua sifat nya persis seperti Adimas? Dasar kelakuan. Ayah dan anak sama saja.
"Kak Juna mana?" Tanya bunda yang celingak-celinguk mencari keberadaan anak sulungnya.
"Kenapa bun? Kangen, ya?" Sahut Juna yang baru datang dari lantai 2.
Bunda mengerutkan keningnya, atensi nya mengarah pada barang yang dibawa Juna, "Kamu ngapain bawa laptop segala?"
Shaka, Haikal, serta Nanda menoleh, ikut memperhatikan apa yang dibawa kakak mereka.
Juna tersenyum tipis, "Kerja tugas bun."
Awalnya bunda ragu dengan alasan Juna, namun saat melihat mata anak sulungnya yang sama sekali tak menampakkan kebohongan, akhirnya mengangguk paham.
"Ayah kemana, bun?" Tanya Shaka setelah memakai peci hitam miliknya.
"Ayah belum pulang, kayaknya bakal lembur." Bunda menjawab dengan tatapan sendu.
Shaka mengangguk. Setelahnya, ia berangkat bersama yang lain. Tak lupa berpamitan dan salim pada bunda tercinta.
...
Berangkat paling awal, pulang paling akhir. Kebiasaan yang sudah melekat pada si kembar sejak kecil, saat pergi ke masjid.
Mereka sering pulang paling akhir bukan karena menunggu teman-teman perempuan komplek tadarus ya.
Sebab, teman perempuan yang sebaya dengannya, rata-rata sudah pulang sejak jam 8 tadi. Dan sekarang, sudah jam 10 lewat 5 menit. Jadi, sekarang tidak ada perempuan di area masjid.
Mereka betah karena suasana di masjid itu enak, nyaman, dan yang pasti si kembar merasa aman.
"Kak, dicariin sama Haikal tuh." Shaka menghampiri Juna yang tengah duduk bersandar pada mimbar, dengan posisi selonjor dan memangku laptop putih yang dibawa dari rumah.
Juna menghentikan ketikannya, dan mendongak, "Ngapain nyariin gue? Biasanya juga langsung nyamperin."
Shaka mengangkat bahunya, "Lagi gabut kali."
"Nggak jelas." Gumam Juna kesal, sembari meletakkan laptop nya.
Meskipun Juna kesal, ia tetap bangkit dan berjalan keluar menemui adiknya. Setelah menemukan Haikal, Juna agak sedikit kesal. Sebab, dirinya melihat adiknya tengah bermain dengan kucing liar, serta anjing liar.
Tunggu, tumben kucing dan anjing akur?
"Kenapa? Biasanya juga langsung nyamperin." Sungut Juna, yang melihat Haikal jongkok.
Haikal menoleh ke sumber suara dengan senyuman lebar. Ia merogoh flashdisk berwarna biru dari saku bajunya, "Nih, ada titipan dari bini lo." Ucapnya seraya memberikan pada Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...