Sudah menjadi kebiasaan sejak dulu jika padatnya lalu lalang kendaraan di jalan aspal menemani setiap pejalan kaki yang berjalan di trotoar.
Malam ini, tepatnya pukul 7 lebih 20 menit, Haikal pulang seperti biasa. Namun, kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya. Ia memilih berjalan kaki. Tenang, bukan berjalan dari sekolah kok, melainkan berjalan dari tempat futsal yang bisa dibilang sedikit dekat dengan rumahnya.
Lagipula, dirinya tak berjalan seorang diri. Shakala Bima Nalendra, laki-laki yang bergelar sebagai abangnya itu juga berjalan kaki disampingnya.
Bukan karena motor rusak atau apa, tapi Haikal serta Shaka enggan membawa motor karena malas. Oh, sebenarnya bukan hanya mereka berdua saja, tapi si kakak tertua juga tak membawa dengan alasan yang sama. Bedanya, Juna ikut bersama Nanda karena tak mau repot-repot jalan kaki seperti dirinya dan juga Shaka.
"Bang, mending lo besok bawa motor deh." Celetuk Haikal tiba-tiba.
Hidung Shaka berkerut, "Emang kenapa?"
Haikal berhenti sejenak, melihat ke arah langit malam yang sama sekali tak menampakkan binar bintang. "Biar gue bisa nebeng."
"Terus?"
Haikal menghela napasnya, "Capek anjir! Baru selesai latihan langsung pulang jalan kaki."
Melihat adiknya yang mengeluh, Shaka menyunggingkan senyum di bibirnya, "Halah! Tinggal jalan kaki nggak sampe setengah jam juga."
"Sadar diri lo, siapa tadi yang kekeuh sok-sok an nggak mau dianterin pulang kerumah." Ucap Shaka dengan maksud menyindir adiknya.
Haikal mendengus sebal. Memang benar sih yang diucapkan Shaka. Ia sendiri yang menolak saat Dewa ingin mengantar pulang ke rumah. Bagaimana tak menolak coba, arah rumahnya itu berlawanan dengan arah rumah Dewa. Kan Haikal tak enak. Dan secara otomatis, Shaka mau tak mau juga menolak tawaran Markipul untuk pulang bersama. Bagaimanapun juga, ia masih punya hati untuk tak meninggalkan adiknya seorang diri.
Hah, Haikal merasa sedikit menyesal karena menolak tawaran Dewa.
Tuk.
Haikal berhenti melangkah dan berbalik karena merasa seperti dilempar sesuatu. Dan benar, ia menemukan sebungkus permen karet yang masih tersegel jatuh dihadapan nya. Netra nya beralih ke depan, penasaran siapa yang berani melempari dirinya.
"Yo! Whatsapp man! Kita ketemu lagi." Sapa ramah salah satu dari 4 laki-laki yang berdiri tak jauh dari Shaka serta Haikal.
Sebentar, sepertinya ini pertama kalinya Shaka bertemu dengan mereka berempat.
Siapa mereka?
"Oh, whatsapp Cas!" Sapa Haikal balik.
Berbanding terbalik dengan Haikal yang mengenal mereka berempat. Salah satunya, Lucas. Laki-laki bongsor yang menyapa nya barusan.
"Siapa?" Bisik Shaka pada adiknya.
Haikal tersenyum dan menoleh sekilas, "Temen bang. Santai aja."
Keempat laki-laki itu berjalan mendekat, dan berhenti dihadapan Shaka serta Haikal.
"Wihh! Pulang jalan kaki lagi nih?" Tanya laki-laki yang berada disamping Lucas.
"Iya Bang Kun. Mau bawa motor males."
"Dia temen lo?" Celetuk laki-laki berwajah tegas yang sejak tadi diam, dengan wajah datar nya.
"Bukan. Dia abang gue."
Shaka tersenyum, melihat satu persatu wajah 4 laki-laki di depannya, "Gue Shaka." Ucapnya dengan maksud memperkenalkan lebih dulu.
"Gue Lucas. Paling ganteng yang pasti selalu bareng sama Haikal kalo dia pulang jalan kaki." Kata laki-laki bongsor yang tadi menyapa Haikal ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...