Happy reading
...
Terhitung sudah 3 hari Reza berada di rumah si kembar. Dan selama 3 hari itu, dirinya memilih tidur di kamar Haikal. Entah kenapa, ia merasa lebih nyaman saat bersama anak Om Adimas yang satu itu. Saking nyaman nya, Reza sampai susah dibangunkan seperti si pemilik kamar.
Pasalnya, sejak 30 menit yang lalu Bunda Wendy susah payah mencoba membangunkan kedua laki-laki yang tidur dengan posisi saling membelakangi itu. Seharusnya sih, setelah subuh tadi mereka langsung ikut Shaka dan Nanda bersepeda keliling komplek, agar tak kembali terlelap.
Bunda Wendy menggoyangkan pelan lengan kedua remaja laki-laki yang masih betah berada di alam mimpi, "Haikal... Reza... bangun nak. Udah jam 7 lho." Ucapnya dengan suara yang lembut.
Mendengar suara yang diyakini memang milik Bunda Wendy, Reza membuka matanya secara perlahan, dan mengerjap beberapa kali. Ia terdiam sesaat untuk mengumpulkan kesadaran.
"Pagi Reza." Ramah Bunda Wendy dengan senyum hangat yang senantiasa terpantri di wajahnya.
Perlahan, Reza mengubah posisinya untuk mengambil posisi duduk. Ia mengucek matanya, kemudian menoleh ke arah Bunda Wendy, "Pagi tante cantik." Sapa nya balik yang tak kalah ramah.
Sangat berbanding terbalik dengan Haikal yang tak menyapa si ibu negara karena masih menutup matanya, betah berada di dunia mimpi. Bahkan, ia sama sekali tak merasa terganggu dengan suara bundanya. Malahan, suara Bunda Wendy semakin membuatnya terlelap karena terlalu lembut.
"Tante ngapain bawa gayung isi air?"
Bunda Wendy tersenyum lebar yang malah terlihat mengerikan dimata Reza. "Niatnya sih buat guyur kalian berdua kalo tante udah capek bangunin pake cara halus."
Reza terdiam, mengerjapkan matanya beberapa kali. Tiba-tiba terlintas sebuah ide dikepala nya. Ia menoleh pada Bunda Wendy dengan senyum paling manis, hingga menyebabkan ibu dari si kembar merasa gemas sendiri.
"Kenapa nih? Tiba-tiba senyum manis sampe tante pengen cubit pipi kamu." Tanya Bunda Wendy penuh selidik, yang berusaha menahan diri untuk tak melakukan apa yang dirinya ucapkan barusan.
"Kalo aku gantiin bunda buat bangunin Mas Haikal, boleh kan?"
Hm... Bunda Wendy menyipitkan matanya, merasa jika anak dari kakaknya ini memiliki niat terselubung.
"Boleh." Katanya dengan berat hati.
Bisa Bunda Wendy lihat, jika Reza sangat senang, apalagi saat menerima gayung berisi air darinya. Terserahlah dia mau berbuat apa, asalkan tak ada yang harus dilarikan ke rumah sakit setelahnya.
Ia bergegas keluar dari kamar Haikal, dan menutup pintunya yang bersamaan dengan keluarnya Juna dari kamar.
"Pagi bunda." Sapa Juna dengan suara khas orang bangun tidur.
Bunda Wendy tersenyum, kemudian memeluk anak sulungnya sesaat, "Pagi ganteng. Gimana tidurnya, nyenyak nggak?" Balasnya lembut.
Juna mengangguk singkat sebelum bergelayut manja pada lengan Bunda Wendy, dan menyandarkan kepalanya pada bahu sempit wanita kesayangan serumah.
Yah... walaupun tidur nya tak nyenyak dan baru tidur jam 3, bangun saat subuh, kemudian tertidur lagi dari jam 6, dan terbangun lagi jam 7, paling tidak mengaku nyenyak pada bunda tak apalah.
Mungkin karena Juna masih merasakan kantuk, Bunda Wendy hanya membiarkan kelakuan anak sulungnya. Ia memilih melangkah turun ke lantai 1 yang otomatis diikuti oleh Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...