Hari Minggu. Bunda Wendy merasa senang karena itu. Sebab, agendanya tak sepadat saat hari-hari kerja. Ekspektasinya sih bisa menikmati hari libur dengan damai.
Namun, ekspektasinya langsung hancur saat melihat keadaan ruang keluarga yang bisa dibilang kacau.
Parah.
Kebiasaan.
Buku berserakan dimana-mana, 4 tas hitam tergeletak di lantai seolah-olah tak akan digunakan lagi oleh pemiliknya.
Oh, jangan lupakan juga banyak bungkus ciki yang telah kosong berserakan di meja serta lantai.
Bunda Wendy pusing melihat keadaan ruang keluarga yang berantakan seperti kapal pecah. Sebenarnya, ada badai apa sih sampai bisa seperti ini? Baru ditinggal keluar 3 jam.
Hah, sepertinya memang susah mengubah kebiasaan keempat anaknya yang satu ini.
Untung, Bunda Wendy adalah orang yang sabar dan juga sudah terbiasa dengan kebiasaan mereka.
"Astagfirullah." Kata Bunda setelah melihat pemandangan di ruang keluarga.
"Kebiasaan ya kalian." Bunda menatap gemas Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda bergantian.
"Perasaan bunda cuma ninggalin 4 bujang lho."
Atensi mereka berempat beralih ke sumber suara. Kompak menampilkan senyum manis agar bunda tak marah-marah.
"Eh, bunda udah pulang." Ucap Haikal basa-basi.
Bunda berjalan menghampiri Haikal, dan memeluk pundaknya dari belakang.
"Kenapa? Kangen sama bunda?" Tanya bunda seraya meletakkan dagunya pada kepala Haikal.
Haikal meletakkan bukunya, dan beralih memegang tangan halus yang memeluk pundaknya. "Bukan cuma kangen, bun. Aku sayang banget sama bunda."
"Hilih." Cibir Juna yang fokus berkutat pada buku fisika miliknya.
Haikal melirik ke samping kanannya, "Dih. Bisa iri juga ini manusia satu."
Juna menoleh, karena merasa kalimat Haikal tadi ditujukan untuknya.
"Kayaknya enak kalo nama lo bakal gue coret dari daftar adek."
"Coret sana. Coret pake stabilo."
Bunda Wendy melepas pelukannya pada pundak Haikal. Kini ia beralih memeluk pundak Juna dari belakang.
"Udah-udah. Jangan mulai deh kalian." Ucap bunda bermaksud mencegah Juna dan Haikal agar tidak terjadi baku hantam diantara mereka.
"Biarin aja bun." Sahut Shaka yang kini telah mengalihkan atensi nya.
"Mereka berdua kan nggak lega, kalo ketemu nggak berantem." Lanjut Nanda tersenyum manis tanpa dosa.
"Kan seru tuh, kalo Kak Juna sama Haikal gelud." Tambah Shaka enteng.
Walaupun tak ikut serta dalam penyambutan kepulangan bunda, Shaka dan Nanda diam-diam sejak tadi melihat interaksi mereka bertiga.
Jujur, mereka berdua merasa gemas.
Nanda bangkit menghampiri bunda. Ia memegang pun dan bunda dari belakang, "Daripada bunda tambah pusing gara-gara mereka, mending bunda istirahat dulu, ya?"
Bunda Wendy menoleh ke belakang, kemudian mengangguk. Sepertinya memang benar apa yang dikatakan anak bungsunya.
"Ya udah, bunda istirahat ke kamar dulu ya. Kalian nanti jangan lupa beresin ruang keluarga." Pesan bunda setelah melepaskan pelukannya pada Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...