12 » Kegelisahan Yang Terjawab

12.9K 2.2K 85
                                    

Happy reading
...

Hampa. Sejak masuk ke kediaman nenek yang berada di Jogja, Nanda merasa seperti ada yang hilang dari sisinya. Apa ya? Coba dirinya pikir sejenak.

Hm... Padahal biasanya saat malam-malam begini, Nanda akan diajak berbincang sampai matanya terasa berat, hingga akhirnya jatuh terlelap di paginya. Tapi pertanyaannya, siapa yang mengajak berbincang?

Oh iya! Arini.

Benar. Nanda tidak melihat keberadaan Arini beserta guardian Kakak, Abang, dan Mas-nya sejak memasuki kediaman nenek. Dimana mereka berada?

...

Hujan, jika sudah begitu maka suhu di sekitarnya akan berubah menjadi dingin. Sesuai perkiraan Nanda, pagi ini cuaca tak akan cerah seperti biasanya. Karena nyatanya hujan masih betah mendominasi.

Tapi, tak apa. Nanda malah suka cuaca pagi ini. Terasa nyaman, saking nyamannya malah ingin kembali ke alam mimpi indahnya. Yah, kalau saja suara Haikal tak mengganggu.

"Dek, mau ikut nggak?" Haikal berdiri diambang pintu kamar, entah sejak kapan ia sudah berada di sana.

Salah satu alis Nanda terangkat, "Kemana?"

"Ke bawah, Bunda sama Tante Sely buat roti jahe tuh!" balas Haikal yang masih betah menatap lurus Nanda.

"Roti jahe doang?"

"Wedang jahe juga ada."

Nanda terdiam sesaat, kemudian dengan malas ia bangkit dari posisi tidurnya untuk mengambil posisi duduk, "Gue nyusul. Lo duluan aja, Mas."

Haikal mengacungkan jempol tangannya sebagai persetujuan, lalu bergegas pergi ke kamar sebelahnya, kamar Kak Juna.

Sepeninggalan Haikal, Nanda turun dari tempat tidur, meraih jaket hitam yang tergantung di kursi, lalu melangkah keluar kamar menuju ke bawah dengan outfit yang sederhana, sandal jepit, celana training hitam, kaos putih polos dan jaket hitam yang sengaja tidak di resletingkan. Bukannya jelek, tapi malah semakin membuat ketampanannya meningkat.

Oh, jangan lupakan rambutnya yang sedikit acak-acakan karena baru bangun tidur. Agak malas sebenarnya, namun mengingat jika dirinya tak berada di rumah, maka mau tak mau Nanda harus menuruti segala perkataan di sini.

Cklek!

Kriettt.

Langkah Nanda terhenti sejenak saat pintu kamar yang dilewatinya terbuka.

"Baru bangun?"

Nanda menoleh, dan mendapati wujud Shaka yang rambutnya sedikit basah. Definisi baru selesai mandi.

Nanda mengangguk, "Lo... mandi? Pagi-pagi begini?"

"Iya, sekalian tadi abis sholat Subuh," ucap Shaka seraya memakai jaket biru dongker yang  ditentengnya sejak tadi.

"Tumben mandi?" tanya Nanda, sembari berjalan menuruni tangga bersama Shaka.

Shaka sendiri hanya tersenyum hingga matanya tak terlihat, lalu mengendikan bahunya, "Hawanya enak, ya udah gue mandi."

Nanda menatap aneh Abangnya, kemudian mengecek jam tangan yang membelit pergelangan tangan kirinya. Jam 6 lebih 5 menit, masih terlalu pagi untuk mandi, apalagi kondisi diluar masih hujan sejak semalam. Tapi tak masalah sih, toh apa yang dikatakan Shaka soal enaknya hawa di sini memang benar. Hawanya enak.

"Kenapa emang?" tanya Shaka balik seraya  menggaruk pangkal hidungnya.

Nanda menggeleng, "Nggak apa-apa Tumben aja jam segini udah mandi."

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang