58 » Bertahanlah, Kawan!

6.4K 1.6K 298
                                    

Happy reading

...

Besok adalah Hari Rabu. Jadwalnya mata pelajaran yang memusingkan kepala, ditambah lagi ada tugas kelompok Matematika. Sehingga menyebabkan remaja puber bernama King Hartono harus menginap di rumah si kembar karena kini  Wawan bertempat tinggal di sana.

Dan di sinilah Tono berada, kamar Wawan.

"Wawan, capek nih."

Sebaris kalimat yang mampu membuat si bungsu Wawan berhenti menggerakkan tangannya sejenak dari kegiatan menulis angka. Ia menoleh pada temannya yang telah menelungkupkan wajah di meja belajar. 

"Nanggung, Ton." Wawan kembali menggerakkan tangannya untuk menulis jawaban pada soal terakhir.

Tono. Teman yang bertemu dengan Wawan saat di halte beberapa minggu lalu itu menghela napasnya. Ia membenarkan kembali posisi duduknya dan menengok ke arah samping kiri atasnya, tempat di mana terletaknya jam dinding berwarna biru tua. 

"Udah jam setengah 10, Wan."

"Ya terus?"

"Ayo tidur lah! Mataku udah tinggal 5 watt nih."

"Iya," Wawan menutup buku tulisnya yang bertuliskan Matematika pada bagian sampul, "tapi aku ke dapur dulu."

Setelahnya Wawan bangkit dari posisinya, lalu berjalan ke arah nakas untuk mengambil gelas kosongnya. Berniat ke dapur untuk minum sekaligus mengisi kembali gelas kosongnya. Sebelum benar-benar keluar dari kamar, ia menoleh ke arah Tono yang sedang bermain ponsel pintarnya.

"Ton, mau ikut nggak?" tawarnya pada Tono.

Tono menggeleng, "Nggak. Aku di sin--"

Perkataan Tono terhenti begitu saja saat mendengar suara laki-laki dari kamar sebelah. Ia terdiam sejenak, mendengarkan dengan seksama. Walaupun samar, tapi dirinya merasa pernah mendengar suara ini.

"Wan," Tono bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Wawan yang masih betah berdiri di depan pintu, "kamu denger suara nggak?" tanyanya dengan berbisik.

Alis Wawan terangkat satu, kemudian menggeleng, "Nggak denger apa-apa tuh."

Tono mendeklik kaget, "Yang bener?!"

"Iya." Wawan menganggukkan kepalanya.

Namun baru sebentar Wawan diam, suara yang katanya didengar oleh Tono kembali terdengar dan sampai ke telinga Wawan. Samar, tapi ia masih bisa mendengar. Kalau dari suaranya seperti suara Juna dan... seseorang?

"Oh, itu suara Kak Juna paling," Wawan membuka pintu diikuti oleh Tono, "lagi nge-wibu, Ton."

"Yang bener aja?! Masa tampang gahar kayak Kak Juna nge-wibu?" bisik Tono tak percaya, seraya mengekor di belakang Wawan.

Wawan mengendikan bahunya tak tahu. Ia melanjutkan langkahnya ke dapur dengan keberadaan Tono di belakangnya. Tak ada percakapan sama sekali. Hanya sepi malam yang menemani. Coba Wawan tebak, pasti semua penghuninya telah terlelap, kecuali Kakak dan Aa'nya sih.

Jujur selama Wawan tinggal di sini, ia sudah mulai terbiasa dengan kebiasaan si kembar. 

Dari mulai Kak Juna yang mungkin sering begadang dan terdengar suaranya seperti sedang berbicara, Bang Shaka yang selalu bermain dengan ketiga kucingnya sebelum tidur, Mas Haikal yang suka membuka jendela kamarnya saat akan tidur, dan Aa' Nanda yang suka membuat kopi saat tengah malam.

Semua kebiasaan itu Wawan jumpai secara tidak sengaja.

Ah! 

Wawan rasa sebenarnya kebiasaan yang paling parah adalah kebiasaan Mas Haikal. Masnya yang satu itu jika tidur selalu saja membuka jendela. Entah siang atau malam. 

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang