Happy reading
...
Kota Jakarta panasnya bukan main.
Kalimat itu kerap didengar Haikal saat tengah bersama teman kelasnya yang bernama Anak Agung Adewa Hita atau laki-laki bermata kucing yang biasa dipanggil dengan nama Dewa. Temannya itu kerap mengeluhkan panas Ibukota yang begitu menyengat dikulit.
Katanya, "Gila! Panas di Jakarta lebih sadis ketimbang panas di tanah kelahiran gue!"
Ya bagaimana, Bali dan Jakarta itu sangat berbeda lho. Baik dari segi geografis, maupun segi kepadatan penduduknya.
Biasanya Haikal akan setuju pada kalimat yang sering diucapkan Dewa. Namun kali ini, ia tak setuju dengan kalimat tersebut. Sebab, tumben sekali cuaca siang ini lebih terasa sejuk.
Kira-kira karena apa ya?
Apa karena besok itu hari besar, ya?
Tapi hari besar apa?!
Ah, Haikal baru ingat jika besok itu adalah Hari Raya Idul Adha. Hari dimana tersembelihnya para sapi dan kambing yang dibeli Nanda serta Bang Rian kemarin. Dan karena hal tersebutlah, saat ini ia mendapat jatah mengepel masjid bersama saudari Ningsih.
Tapi tumben, makhluk hawa yang satu ini mau diberi tugas yang sama dengannya. Tak melontarkan protes sekata pun pada Nanda maupun Bang Rian.
"Ning." Haikal memanggil gadis disampingnya yang sejak tadi hanya diam.
Ningsih yang merasa namanya dipanggil, langsung menoleh ke sumber suara. Alisnya terangkat satu, "Apa?"
"Tumben dari tadi lo diem aja," Haikal bertopang dagu menggunakan gagang pel dan menatap heran pada perempuan yang berada di depannya dengan jarak agak jauh, "lo lagi sakit gigi?"
Ningsih menatap tak suka pada adik Juna. "Nggak."
"Ya terus?"
"Emang kenapa sih Kal, kalau gue diem?" tanya Ningsih malas.
Haikal melipat bibirnya ke dalam, lalu menjawab, "Kayak bukan lo tau nggak."
"Maksudmu opo?!" tanya Ningsih sengak. Ia menghentikan kegiatan mengepelnya dan menaruh atensi penuh pada Haikal.
'Anjir! Malah jadi maung.' rutuk Haikal dalam hati.
Haikal menyeringai, walaupun dalam hatinya ketar-ketir. Ia was-was jika Ningsih akan marah dan gagang pel yang dipegang perempuan itu melayang ke wajahnya. Tapi itu hanya kemungkinan, nyatanya mari kita coba dahulu dan melihat reaksi seperti apa yang akan didapat olehnya.
Haikal menyipitkan matanya, lalu berkata, "Liat lo yang diem aja dari tadi, gue yakin kalau lo cemburu sama cewek-cewek di luar yang bisa liat cakepnya Kak Juna. Apalagi rambut gondrong kakak gue sekarang lagi diiket."
"Ngaku aja deh kalau lo cemburu!" imbuh Haikal yang sangat jelas berniat menjahili Ningsih.
Byurr!
Ningsih memasukkan pelnya ke dalam ember dengan kasar, hingga menyebabkan cipratan air disekitarnya.
Ia menatap sinis oknum bernama Haikal. "Mboh! Sakarepmu!" ketusnya sebelum berlalu dari sana, dengan tujuan kamar mandi.
Sebenarnya Haikal ingin bertertawa kencang, tapi karena takut dilempar Ningsih dengan gagang pel, ia hanya terkekeh geli. "Ngamok dia."
Setelahnya, ia langsung melanjutkan urusan mengepel lantai yang sempat tertunda. Tak perlu waktu lama, Haikal telah menyelesaikan bagian dalam masjid yang menjadi jatahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...