💚 Happy reading 💚
...
Termenung di ruang keluarga seorang diri dengan secangkir teh beraroma melati, agaknya telah menjadi rutinitas Bunda Wendy selama seminggu ini. Entah kenapa ia merasa kesepian, walaupun si kembar berada di rumah. Apa karena mereka telah beranjak dewasa, ya?
Adimas? Laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu akhir-akhir ini selalu lembur. Pulang larut dan berangkat pagi-pagi sekali.
Rasanya Bunda Wendy tak suka keadaan macam ini. Ia rindu saat-saat si kembar bertingkah manja dan belum memiliki kesibukan yang padat. Ia juga rindu masa-masa mereka masih tampak polos dan kekanakan. Bunda Wendy saja yang merasa atau memang si kembar yang cepat dewasa?!
"Sepi." Keluhnya dengan wajah muram.
Cklek.
"Lho? Bunda nggak ke butik?"
Shaka. Seseorang yang baru saja muncul dari walk in closed. Rambut acak-acakan sedikit basah, kaos sleeveless hitam, dan celana hitam selutut. Like father, like a son. Persis seperti Adimas saat masih muda. Anak ayah memang.
"Nggak. Mood bunda lagi jelek."
Shaka mengernyit heran. Tumben wanita kesayangan serumah ini sedang tidak berada dalam mood yang baik.
"Gara-gara apa mood bunda jadi jelek?" Shaka melangkah menghampiri bunda dan duduk disampingnya.
"Gara-gara kalian."
"Hah? Maksudnya gimana bunda?"
Bunda Wendy menghela napasnya sebelum bersandar pada lengan Shaka yang mulai terbentuk, hasil dari olahraga ke gym bersama Nanda jika ada waktu luang.
"Kalian sih! Tumbuhnya kecepetan. Masa sekarang udah mau kelas 12?! Padahal bunda rasa, kalian itu baru bisa ngelap ingus kemarin sore lho." Kata Bunda Wendy dengan perasaan dongkol.
Shaka terkekeh geli karena perkataan wanita disampingnya. Oh, rupanya ada yang dilanda sepi?
"Bisa nggak sih, kalau kalian jadi balita lagi?" tanya Bunda Wendy lirih.
"Bunda," Shaka merangkul bahu ringkih disampingnya, "kalau aku balik lagi jadi balita, yang ada nanti aku sama yang lain malah dikira cucu bunda."
Bunda Wendy menegakkan tubuhnya dan melirik tajam si anak. Ucapannya tadi terdengar sangat menyebalkan. Tapi memang benar adanya.
"Kamu tu! Jangan nyebelin kayak Juna dong!" cebiknya kesal.
Shaka tergelak, "Emang aku salah?"
"Nggak sih." Bunda Wendy mendengus malas dan kembali bersandar pada Shaka.
Laki-laki yang kini beranjak dewasa itu hanya tersenyum kecil seraya menyisir rambut hitamnya ke belakang. Dalam benaknya, Shaka merasa mungkin ada beberapa faktor yang menyebabkan bunda menjadi seperti ini. Tapi rasanya... hanya ada 1 faktor yang sangat berpengaruh.
"Bunda... kalau lagi di rumah kesepian, ya?" tanyanya tak enak hati.
Bunda Wendy terpaku sejenak karena lontaran pertanyaan dari Shaka. Ah, sepertinya si kembar mewarisi kepekaan ayahnya.
"Iya," jawab Bunda Wendy sendu.
PLAKK!!!
Setelahnya, ia menepuk paha Shaka dengan keras hingga si anak mengaduh sakit.
"Aduh! Perih bun," Shaka mengusap paha kanannya yang terasa panas dan perih, "kenapa aku dipukul sih?!"
"Gemes."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...