Bunda menatap heran anak sulungnya yang memasang ekspresi cemberut, walaupun telah menonton kartun kesukaannya sejak masih kecil.
Aduh, gemas nya.
Bunda mendekat, duduk disamping Juna seraya meletakkan 2 cangkir teh melati di meja, "Kamu kenapa sih, kak?"
Juna menoleh, "Emang aku kenapa?"
Bunda mengelus pipi anak sulungnya gemas, "Sejak pulang dari supermarket tadi, kamu cemberut terus tau. Bunda kan jadi gemes."
Juna mendengus, malas mengingat kejadian tadi siang.
Dimana Bunda Wendy mengajak Juna untuk menemani pergi ke supermarket, berbelanja kebutuhan bulanan. Tanpa perlu memikirkan dua kali, tentu Juna mengiyakan.
Awalnya, saat Juna dan bunda berada di supermarket, semua biasa saja. Sampai akhirnya dimana ia ikut mengantri di kasir bersama bunda, dan dari situ lah penyebab kemunculan wajah cemberut nya.
Tak jauh dari tempat Juna berdiri, ada sekumpulan perempuan yang sepertinya masih pelajar SMP, berbisik-bisik dengan menatapnya secara terang-terangan. Jelas Juna merasa risih. Ia berusaha untuk tak peduli.
Sayangnya, usaha Juna untuk tak peduli sia-sia. Sebab, salah satu perempuan dari sekumpulan tadi berjalan menghampirinya dengan ekspresi wajah malu-malu.
"Permisi, ini buat kakak." Kata perempuan itu seraya menyodorkan kertas ke Juna.
Juna hanya menatap datar, enggan menerima kertas yang disodorkan. Ia malah menatap bunda yang kini telah berbalik menghadap ke dirinya.
"Hallo kak, aku ijin pdkt sama adiknya yaa." Ucap perempuan itu pada Bunda Wendy.
Kedua alis Juna bertaut, sementara bunda hanya tersenyum.
Setelahnya, Juna merasakan perempuan tadi menggapai tangannya, dan meletakkan kertas tadi. Dengan ramah, perempuan tadi langsung kembali ke kerumunan.
Juna mendengus kesal. Dan kembali menatap ke depan, hingga gilirannya serta bunda membayar. Tak perlu waktu lama, ia segera pulang bersama bunda.
Dan inilah hasilnya, wajahnya langsung cemberut saat sampai dirumah.
"Masa aku dikira adik bunda." Sungut Juna.
Bunda terkekeh geli, "Ya nggak papa dong, berarti bunda itu awet muda."
"Tapi, aku nggak suka." Kesal Juna.
"Dasar kamu. Oh, iya. Cewek yang tadi di supermarket itu kasih kamu apa?" Tanya bunda penasaran. Jujur, sesukanya perempuan ke Juna, baru kali ini bunda lihat ada yang berani mendekat langsung ke orangnya.
Juna merogoh saku celananya, membuka lipatan kertas yang sudah terbentuk tak jelas dengan rasa malas, "Oh, nomer telepon."
Bunda mendekat, turut ikut melihat isi kertas, "Mia. Bagus itu namanya, orangnya juga cantik."
Juna langsung meremas kertas tadi, dan membuang ke tempat sampah, "Cantikan juga bunda."
Bunda menggeleng heran. Dasar, anak sulungnya kenapa bisa sejutek ini pada perempuan.
Ia jadi penasaran, kira-kira siapa perempuan yang sifatnya bisa menaklukan kejutekan Juna suatu hari nanti.
...
Banyak yang bilang, jika Shaka tengah jalan berdua dengan Bunda Wendy, Shaka terlihat seperti pacar yang posesif.Seperti sekarang contoh nya.
Shaka sedang berada di cafe, bersama teman se-permainannya untuk sekedar nongkrong. Niatnya sih hanya singgah sebentar, tapi begitu melihat bunda semdirian disana, Shaka langsung pamit dan menghampiri bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...