✨ Happy reading ✨
...
Americano, air lemon, dan sepiring biskuit jahe buatan Bunda Wendy. Kombinasi yang pas untuk menemani akhir pekan kedua saudara kembar yang tengah bersantai di balkon.
Si sulung dan si bungsu.
Juna dengan air lemon yang kini menjadi minuman favoritnya, dan Nanda dengan Americano 2 shoot yang di pesankan secara cuma-cuma oleh laki-laki berbahu sempit disampingnya, yang tak lain adalah Juna.
Hm, berbicara soal Juna, anak Ayah Adimas yang lahir terlebih dahulu itu telah pindah haluan dari kopi ke air lemon yang rasanya sangat tidak disukai Reza. Tentu ia pindah haluan juga bukan tanpa alasan. Dirinya tak mau indra perasanya bermasalah seperti Nanda, dan juga untuk masalah kesehatan. Juna tak mau insomnianya makin parah.
Namun, lain halnya dengan Nanda yang justru sulit berpaling dari minuman favoritnya, Americano. Ia sudah terlanjur jatuh cinta pada minuman pahit berwarna hitam itu. Pelan tapi pasti, dengan memejamkan mata, Nanda menyedot Americano miliknya yang tinggal setengah.
Gluk...Gluk...Gluk...
Ah, rasanya masih sama nikmat, meskipun tak se-nikmat versi 8 shoot yang biasa ia pesan di starbuck sepulang sekolah.
"Mau?" Tawar Nanda pada kakaknya yang sejak tadi memperhatikan dirinya. Ia sadar kok, jika Juna memperhatikan dirinya yang tengah menikmati kopi favoritnya.
Juna menggeleng dengan raut wajah tak minat, "Nggak. Makasih. Gue masih doyan yang lain." Katanya seraya menatap datar pada cairan hitam kesukaan Nanda, yang terletak di meja.
Nanda tersenyum kecil, "Hm? Bilang aja lo nggak suka sama rasanya."
Juna menghela napasnya, kemudian menatap Nanda, "Anak bungsunya Bapak Adimas, gue kasih tau ya. Se-seneng nya gue sama kopi, gue cuma bisa menoleransi kopi bubuk sachet yang biasa dibeli bunda buat stok." Terangnya sebelum beralih menatap perempuan yang berdiri disamping adiknya.
"Lagian, gue nggak suka rasa si Americano kesukaan lo itu. Pernah coba minum, tapi gue nggak kuat." Tambah Juna malas.
"Iya kak, iya." Sahut Nanda dengan senyum manis yang terpantri di wajahnya.
"By the way, lo ngapain liatin Arini?" Tanyanya seraya mengikuti arah pandang Juna.
Juna mengalihkan pandangannya, dan menatap ke halaman rumah. Melihat interaksi Haikal dengan Lucas, serta Yaksha yang tengah melakukan sesuatu pada sekumpulan kaleng soda. Entah sedang apa, mungkin bereksperimen.
"Nggak papa. Pengen aja." Jawab Juna cuek. Banyak hal yang terpikirkan dikepala nya terkait Haikal dan penjaganya. Apa iya, mereka berempat masih ingat perkataan Haikal saat masih kecil?
"Nan." Panggil Juna pada laki-laki disampingnya.
"Hm. Apa?" Sahut Nanda seraya menyibak poninya yang telah memanjang ke belakang.
"Gue heran sama Haikal. Dia itu sadar nggak sih sama jati diri mereka bertiga." Celetuk sosok laki-laki tinggi yang bersandar pada pagar besi balkon.
"Nggak sadar itu bocah kalo nggak dikasih tau." Sahut sosok laki-laki yang duduk manis diatas pagar besi balkon.
"Wah, kalo gitu gue bisa lah gangguin Haikal."
"Percuma."
"Hm?"
"Haikal nggak bisa liat kita."
"Tapi, dia bisa liat Lucas, Yaksha, sama Kuncoro tu."
"Ya kalo nampakin diri sejelas Lucas, Kuncoro, sama Yaksha... bisa lah diliat sama itu anak. Tapi tunggu, kayaknya kurang satu deh. Kan harusnya ada 4."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...