Happy reading
..."Mak Lampir, bagi hotspot dong."
Perempuan berdarah Jawa yang baru saja dipanggil 'Mak Lampir' itu mengalihkan atensinya ke anak Bapak Adimas yang terkenal jarang pulang seperti Bang Toyib, Haikal.
Jujur, Ningsih bingung. Dari sekian banyaknya remaja masjid yang datang ke warung dekat masjid untuk jajan, kenapa harus Haikal yang menyapanya? Kenapa bukan Juna saja sih?!
"Hotspot apaan? Paket data gue udah habis dari 2 hari yang lalu, Kal."
Haikal yang baru saja ingin menyuapkan gorengan mendoan ke mulutnya, sontak langsung berhenti sejenak.
"Dih! Sekarang lo jadi kere, Mak? Gila. Baru kali ini gue nemu orang jualan pulsa nggak punya paket data. Miris bener."
Sumpah. Kalau tak ingat tempat dan keberadaan Juna, Ningsih tak segan melampiaskan emosinya dengan menggebrak meja karena ucapan Haikal.
"Kal," Ningsih menatap sengit laki-laki disampingnya, "meskipun bentukan gue cewek gini, gue pernah buat babak belur anak orang lho."
Haikal tak menggubris. Baginya, ucapan Ningsih tadi hanyalah angin lalu. Yah... meskipun hatinya sedikit diliputi perasaan was-was.
Plak!
Perempuan berdarah Jawa itu memukul lengan Haikal cukup keras. Kesal, Ningsih benar-benar kesal pada adik Juna yang satu ini.
"Lo tu--"
"Kak Junnn!!!"
Padahal Ningsih baru saja ingin mengomel. Namun ia langsung urung begitu suara Reva terdengar ditelinga. Apalagi saat dirinya melihat anak kecil imut yang berlari ke warung dengan tergesa-gesa. Lebih tepatnya berlari ke samping Haikal, tempat dimana Juna duduk anteng seraya mengobrol santai bersama Bang Rian.
"Lah? Ini bocil satu dateng sama siapa? Masa iya sendirian?" tanya Haikal sembari menatap bingung Reva.
Pletak!
"Liat tuh! Liat baik-baik Reva dateng sama siapa."
Haikal menoleh ke arah yang ditunjuk Ningsih, dan menemukan keberadaan hawa yang memakai kaos merah, celana training hitam serta masker mulut.
"Masyaallah... Bidadarinya Nanda bukan kaleng-kaleng!" kata Haikal refleks.
Ningsih menoleh ke samping, menatap kaget pada laki-laki yang pernah menjadi orang 'sok sibuk' itu. Barusan Haikal memuji Fitri?!
Namun tak lama, Ningsih mengalihkan atensinya pada laki-laki yang duduk diantara Haikal dan Juna. Kala suara Ananndha, si wakil ketua Remaja Masjid yang sibuk dengan ponsel pintarnya itu terdengar.
"Ngapain nama gue dibawa-bawa?"
"Nan, gue yakin kalau pendengaran lo masih berfungsi dengan normal," sahut Ningsih santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...