Tumben, hari ini anak-anak kesayangan Bunda Wendy dan Ayah Adimas sedang berada dirumah semua, kecuali Haikal yang belum balik tidur dirumah sejak 2 hari yang lalu. Balik kerumah, paling lama hanya mandi dan ganti baju.
Juna, Shaka, serta Nanda memilih ruang keluarga sebagai tempat untuk merebahkan diri dan menghabiskan waktu senggang.
Padahal, biasanya setelah liburan sekolah usai, mereka akan sulit bertemu, bahkan berkumpul seperti sekarang.
"Kak, laporan kegiatan masjid sebelum libur tahun baru kemarin, udah beres kan?" Tanya Nanda setelah merubah posisi tidurnya menjadi bersandar pada sofa.
Juna menguap sesaat, dan menoleh ke adik bungsunya untuk menjawab, "Udah, baru selesai semalem."
Nanda hanya berkata oh, tanpa suara sebagai respon.
"Emangnya kenapa? Laporan nya mau diminta Bang Rian?" Celetuk Juna penasaran.
Nanda mengaktifkan ponselnya, dan membuka pesan yang dikirim Bang Rian padanya, "Nggak juga sih. Katanya, Bang Rian bakal minta pas mau rapat aja."
Juna hanya berdehem. Ia bangkit dan berjalan ke arah dapur. Tentu, setelah kepergian Juna ke dapur, Nanda tak sendirian. Masih ada Shaka yang duduk manis dengan toples berisi camilan di pangkuan nya.
"Bang, kalo kita punya tetangga baru, jangan lo isengin, ya?" Ucap Nanda tiba-tiba.
Shaka berhenti mengunyah, ia meletakkan toples yang tinggal terus setengah di meja.
"Maksudnya?"
"Pokoknya kalo kita punya tetangga baru, jangan lo isengin, ya?"
Alis Shaka terangkat satu karena bingung dengan ucapan Nanda. Tapi, setelah mengingat keistimewaan adik bungsunya itu, Shaka menjadi penasaran.
"Emang seumuran sama kita?" Sahut Shaka, yang kini menggaruk belakang lehernya karena gatal.
Nanda mengangkat kedua bahunya, "Nggak tau."
Tak berselang lama, Juna datang membawa segelas jus jambu. Ia duduk disamping Nanda dan dengan santainya membuka sketchbook miliknya yang tergeletak di meja.
"Cuma segelas aja?" Celetuk Shaka tak percaya.
Juna menoleh sekilas, "Di kulkas masih banyak, ambil sendiri. Kakinya masih bisa buat jalan, kan?"
Nanda menatap Juna dan Shaka bergantian. Menunggu terjadinya perang antar saudara yang jarang terjadi diantara mereka berdua.
Sayangnya, apa yang diharapkan Nanda tidak terjadi. Justru Shaka hanya mencibir dan pergi ke dapur. Sementara itu, Juna hanya tersenyum licik, dan menggambar pada sketchbook kesayangannya.
"Kak." Panggil Nanda pada Juna yang kini tengah berkonsentrasi.
"Hmm." Gumam Juna tanpa menoleh.
"Kira-kira," Nanda menggantung ucapannya.
Juna mengerutkan keningnya, "Apaan?"
"Kira-kira siapa ya, yang bakal nempatin rumah Elsa?"
Juna menghentikan arsiran nya, dan menatap bingung pada Nanda, "Ngapain lo tanya gue? Emang gue tau?"
"Tau apaan?" Sahut Shaka penasaran. Ia datang membawa 3 kaleng soda dari dapur.
Dengan gerakan cepat, Nanda mencomot 1 kaleng soda yang telah diletakkan di meja.
"Coba lo tebak, kira-kira berapa lama rumah Elsa bakal kosong." Kata Juna enteng.
Shaka berdecak malas saat mendengar perkataan Juna. Jujur, rasanya ia ingin menghujat kakaknya itu, tapi Shaka ingat jika hujatan Juna lebih pedas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...