Krek!
"ASTAGFIRULLAH!"
Suara ini, adalah suara dari oknum bernama Haikal. Bersandar pada kepala tempat tidur, dan memejamkan mata berusaha menahan rasa sakit. Jika tak kuat, maka dirinya akan berteriak.
Lagipula bukan tanpa sebab juga Haikal seperti ini. Mau marah pada si penyebab, ia tak tega. Bagaimana ya... penyebabnya itu anak kecil yang menjadi kesayangan kakaknya, yang tak lain adalah Reva. Sebenarnya, dirinya tak memarahi Reva itu karena anaknya gemas, dan lucu. Jadi, bukan karena takut pada Juna ia tak memarahi.
Lagipula... Reva mendapat hidayah berlari menuruni tangga itu dari siapa sih? Heran. Dan bisa-bisanya ia menabrak Haikal yang jelas-jelas memiliki badan yang lebih besar darinya.
Krek!
"Anjing!"
"Shut up! Inget Kal, ada anak polos disini." Celetuk Mark. Oknum yang menjadi penyebab Haikal mengumpat.
Haikal membuka matanya, sedikit menoleh untuk menatap Reva yang berada di gendongan kakaknya. Menyembunyikan wajah di ceruk leher Juna. Tak berani menatap laki-laki yang keseleo karena dirinya. Reva terlalu takut.
"Bang, udah belum sih? Sakit banget anjir." Keluh Haikal pada kakak kandung Ethan, yang mau-maunya menjadi tukang pijit dadakan untuknya. Ia bersyukur, karena ternyata Mark memiliki bakat memijat, walaupun tak se-pro kakeknya. Setidaknya dapat mengurangi rasa sakitnya sih.
"Oke-oke. Udah selesai kok." Kata Mark setelah memindahkan kaki kanan Haikal dari pangkuan nya pelan-pelan.
"Be better?" Tanyanya memastikan keadaan dari anak ketiga bapak Adimas.
Haikal mengangguk, "Lumayanlah. Se-enggaknya udah mendingan." Jawabnya sembari mencari posisi yang nyaman.
"Makasih tetangga ku." Ucap Haikal tulus.
"Sama-sama." Balas Mark tersenyum tipis. Setelahnya, ia bangkit dan berjalan ke belakang Juna, tepatnya menghampiri Reva.
"Hey boy." Sapa nya ramah.
Mendengar suara Mark, Reva makin mengeratkan pelukan nya pada leher Juna. Tapi karena penasaran, ia mengintip sedikit.
"Don't be afraid, Va. Kakak nggak akan gigit kamu kok."
"Hiks... Kak Junnn." Lirih Reva yang makin menyembunyikan wajah bengap serta hidung merahnya pada ceruk leher Juna.
Dengan sigap, Juna mengelus, dan sesekali menepuk pelan punggung sempit digendongan nya. Ia membawa Reva keluar dari kamar Haikal, dengan tujuan kamar nya sendiri. Namun sebelum benar-benar keluar, ia berpesan pada tetangganya.
"Gue tenangin Reva dulu." Juna menghela nafas sejenak, "Tolong jaga adik gue dulu ya, bang?" Pintanya dengan wajah lelah.
"Okey."
Juna tersenyum samar, kemudian berlalu dari sana. Ia rasa, membiarkan Haikal dijaga oleh Mark bukan ide yang buruk. Lagipula... dirinya juga tak bisa menemani lantaran anak kecil digendongan nya ini sedang dalam mode menempel padanya. Jadi, apa boleh buat.
...
Se-peninggalan Juna, Mark menemani Haikal seperti pesannya tadi. Berjaga-jaga kalau misalkan anak ketiga Uncle Adimas ini ingin pergi ke kamar mandi. Hah, tak apalah. Toh membantu orang tidak merugikan dirinya.
Lagipula Mark sudah kenal lama dengan sosok Haikal. Dan tetangganya ini, juga pernah memberi tumpangan pada adiknya, Ethan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN] Bagian 1 Teman bermain. Sudah sering Juna, Shaka, Haikal, dan Nanda dikira remaja yang kebetulan bertemu, lalu berteman untuk bermain bersama. Tak masalah, wajar saja orang-orang di luar sana mengira begitu. Sebab, 4 remaja laki...