"Kau tidak akan di bunuh siapapun saat menyuapiku makan Namjoon"
Mendengar itu Namjoon menyuapi Remy makan, sementara Jungkook memperhatikan dari jauh sembarin berharap bahwa masakannya enak. Iya tenang saja Jungkook, masakan sup mu adalah yang terbaik se kerajaan.
"Kau dari mana kenapa lama sekali?" Hwarang Namjoon dengan tatapan kesal menatap anak buahnya yang hanya berdiri di ambang pintu. Matahari sudah bergeser ke arah barat dan hendak beristirahat.
"Tidak apa-apa tuan" sembarin meletakan tanaman herbal orang itu keluar dengan membawa sebilah pisau.
"Namjoon? Itu apa?"
"Ini gingseng. Kaki gunung ini terbaik dengan gingsengnya. Anda akan lebih baik jikalau meminumnya mama"
"Kau baik sekali, terimakasih ya"
"Boleh aku bertanya sesuatu?" Hwarang Namjoon melempar senyumnya pada Remy yang duduk di pinggiran tempat tidur sembarin menatap pria itu memotong gingseng tadi.
"Kenapa kau bisa mencintai orang seperti Putra Mahkota Yoongi?"
"Aku tidak tau pastinya kenapa?"
"Ku lihat di antara yang lain, dia lebih memperlakukanmu dengan baik"
"Aku bersyukur soal itu, walaupun terkadang aku takut menatap matanya karena dia sangat menyebalkan jikalau aku menolak sesuatu. Kau tau, tidak bisa di bantah dia itu."
"Kalau aku tidak meninggalkanmu di sana, waktu itu. Kau tidak akan bisa seperti sekarang"
"Kenapa waktu itu kau meninggalkanku?"
"Aku tidak ada alasan pastinya. Aku berpikir jikalau ikut dengannya setidaknya kau tidak akan di sakiti, karena Putra Mahkota Yoongi tidak pernah membunuh atau tega pada wanita. Kalau kau ikut aku, jadi buronan kita."
"Maksudnya tidak tega?"
"Liat kan selir brengsek nya yang namanya Misil. Menyebalkan!"
Remy mengerti itu, selir Misil memang menyebalkan, tapi tidak serta merta di usir Putra Mahkota Yoongi, walau pun ia melakukan kejahatan sekalipun. Selir itu bahkan keluar istana sendiri karena dia yang di tuduh rakyat Juseon melancarkan kudeta, ya memang iya sih.
"Putra Mahkota Suga tidak punya selir karena sudah menikah ya?"
"Iya."
"Kau tidak punya orang yang kau suka?"
Mendengar pertanyaan Remy, Hwarang Namjoon malah salah tingkah dan mengiris jari telunjuknya. Membuatnya menghela nafas karena kebodohannya, Remy mengobati jarinya. Jarak mereka sangat dekat, hingga Hwarang itu bisa mencium aroma bunga dari rambut Remy.
"Jawab pertanyaanku tadi..."
"Yaaa..." Hwarang Namjoon menjadi sangat gugup
"Astaga aku tidak menyangka."
"Maafkan hamba"
"Itu bukan salahmu, siapa yang melarang"
"Apa? Hamba tidak bisa mengatakan itu kepada anda mama. Anda mencintai orang lain."
Remy menegaskan pandangannya kepada Namjoon dan menyedari sesuatu, orang itu menyukainya.
Ada keheningan di sana.
Hingga pintu depan terbuka dan 2 orang masuk dengan ekspresi yang sulit di jelaskan. Tentu karena melihat Hwarang Namjoon dan Remy berdekatan begitu. Ya dia sepertinya mereka ada di sana cukup lama ada di depan pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daechwita // Masa Lalu Yang Di Ubah
Romance{TAMAT} + (Alternatif Ending BONUS!) "Wajahmu mirip dengan istriku..." Putra Mahkota Suga menatapku nanar. Bagaimana aku memberi taunya jikalau dalam buku sejarah istrinya mati mengenaskan.