"Yang...Yang Mulia.." aku terbata memanggil Yang Mulia Putra Mahkota Yoongi, aku tak sengaja melihatnya termenung di tengah gazebo sembarin terus menerus menatap bunga teratai di kolam taman istana, aku dengar 2 hari belakangan ia tidak makan dengan baik, para Penasihat membujuknya untuk menjaga kesehatannya, tapi ia tetap saja keras kepala.
Eh dia gak dengar? "Yang Mulia..." ku tepuk bahunya pelan.
"Ya?" rupanya benar, ia termenung kaget. Tatapan mata dingin yang biasanya menghilang. "Kenapa kau mengejutkan ku?" desiran angin siang itu membuat tatapan matanya lebih nyaman sedikit. Istana lebih hening hari ini di banding beberapa hari sebelumnya. Ia juga nyaris tidak pernah ke arah aula eksekusi.
"Maaf, Yang Mulia tidak mendengar aku tadi ,makanya aku tepuk, bahunya, maaf"
"Kau senang di sini?" tanyanya yang akhirnya aku melihat lagi tatapan dingin itu.
"Ah, iya " aku mengangguk sebisaku, walaupun menjadi selir sangat di tuntut banyak hal aku bisa mempelajari banyak hal di sini sebelum aku memutuskan untuk pulang, aku jadi kepikiran tante, ini sudah mapir 12 hari aku di sini. Tapi rupanya dia mengetahui keragu-raguanku, dia menghampiriku dan meraih daguku, mensesajarkannya dengan pandangannya.
"Jawablah dengan jujur selirku sayang" ucapnya dengan pelan, kali ini dia meraih daguku dengan lebih lembut tidak seperti obrolan yang sudah-sudah.
"Ya kan tadi sudah ku jawab"
"Di otak mu itu isinya apa sih?"
"Negosiasi hehe" ucapku mengalihkan pembicaraan. Dia masih menatapku dalam dan tidak membiarkan mataku menengok ke arah lain.
"Malam ini ke tempatku..." ucapnya sambil berlalu
"Apa? Ih Tunggu kenapa begitu" aku protes sambil menghampirinya ,aku meraih lengan bajunya sembarin memasang tampang memelas, kata satu kerajaan hanya aku yang berani melakukan itu pada Yang Mulia Yoongi. Tentu saja, ini jaman kerajaan kan ,tentu aku harus bertindak hati-hati.
"Kau tidak menjawab pertanyaanku, kenapa aku harus jawab pertanyaamu. Berani pula mencegah jalanku. Apa kau tidak tau tugasmu sebagai selir di kerajaan ini?" katanya datar dengan intonasi tinggi sambil mendongkakan dagunya.
"Iya aku tau"
"Apa?"
"Menyusahkanmu!" sontak jawabanku mengundang tawa kecil diantara para dayang ,kasim bahkan penasihat Hoseok yang ada di dekat kami.
"Kau ini!" Ia tiba-tiba membopong tubuhku dan menggendongnya di bahu kanannya. Pemandangan itu membuat semua orang kaget, tapi aku bisa lihat senyum di wajah mereka. Entah kenapa atsmosfirnya jadi berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daechwita // Masa Lalu Yang Di Ubah
Romance{TAMAT} + (Alternatif Ending BONUS!) "Wajahmu mirip dengan istriku..." Putra Mahkota Suga menatapku nanar. Bagaimana aku memberi taunya jikalau dalam buku sejarah istrinya mati mengenaskan.