"Aku ingin pulang" kata pulang yang Remy maksud adalah benar-benar pulang ke rumahnya, Seoul
"Mama ? Bolehkah hamba mengantarmu?"
"Hoseok kau tidak mengerti..."
"Aku sangat mengerti, mama, maafkan hamba."
"Aku ingin benar-benar pulang"
"Ke....ke rumah siapa?"
Remy tidak menjawab itu. Ia terjatuh di depan gerbang dan menangis, Hoseok yang melihat itu memberanikan diri memeluk nona mudanya dan ,tentu saja kalau Putra Mahkota Yoongi melihatnya ,ia bisa di penggal karena menyentuh wanita kesayangan tuannya.
Hoseok tiba-tiba saja bercerita, sesuatu yang Remy bahkan pernah membacanya di buku sejarah. Tapi itu terdengar sangat menyakitkan di keadaan asli.
10 TAHUN LALU
Malam itu Hoseok sedang membereskan buku-buku di perpustakaan kerajaan tiba-tiba di kagetkan dengan kedatangan Putra Mahkota Yoongi yang ada di depan pintu masuk. Hoseok adalah anak Perdana Mentri yang usianya hanya beda 1 tahun di bawah kedua Putra Mahkota.
Saat itu, ia memang sudah terbiasa dengan kedatangan Putra Mahkota Yoongi dan selalu datang menjelang jam tidur, tapi kala itu melewati jam tidurnya.
"Tidak bisa tidur." Tebak Hoseok yang langsung saja mempersiapkan meja dan kursi untuk tuannya itu. Ia juga menuangkan teh yang kebetulan disiapkan untuk menemani malamnya membereskan perpustakaan.
"Hoseok..." panggil Yoongi dengan nada malasnya, dari suaranya ada yang salah
"Ya Yang Mulia?"
"Aku tadi berbincang dengan kakakku, entah kenapa sewaktu dirinya memintaku duduk di dekatnya sebagai saudara aku merasa ada yang janggal."
"Yang Mulia jangan terlalu memikirkan Tuan Raja, ada saatnya ia mengerti anda. Mungkin sekarang ia hanya melihat sosok Mendiang Ratu dalam diri Tuan Suga."
Hoseok hafal betul apa yang di hadapi, tanpa Yoongi memberikan isyarat ataupun perumpamaan.
"Aku tidak minta di apresiasi, hal itu sepertinya tidak istimewa. Aku memikirkan apa yang Suga pikirkan. Ada yang janggal dengan kelakuannya setiap hari besar kerajaan."
"Maksud Yang Mulia, saudara anda merasa bahwa anda di anak asingkan?"
"Iya Hoseok."
"Yang Mulia Suga pasti sedih memikirkan hal itu, sebab itu ia meminta pada anda..."
"Aku ingin sama-sama di sayang. Melihat bagaimana ia belajar terus dan di banggakan di depan umum, bukan iri saja yang ada tapi aku merasa seperti tidak di lahirkan di ibu yang sama. Apa aku terlalu biasa saja?"
Masih lekat di ingatannya, ia ingin sekali memeluk tuannya, kalau saja peraturan dulu tidak begitu ketat. Ia tau dan semua kerajaan tau, kontras sekali Raja memperlakukan keduanya.
Bukan hal biasa, semenjak mendiang Ratu tidak ada, perlakuan Raja sangat bertumpang tindih, tidak ada yang bisa melarang hal itu. Namun semua orang yang ada di kerajaan itu tau, apa dan bagaimana memperlakukan Yang Mulia Yoongi dengan baik.
"Kemarilah..." suara seorang wanita menghampirinya. Sesaat Remy tidak menyukai keberadaan wanita itu.
Permaisuri yang merasa bersalah karena kehamilannya mencoba mencari celah untuk bicara dengan Remy. Hoseok yang ada di situ hatinya ingin sekali menyuruh Remy cepat pergi, karena aura wanita itu kini berbeda dari yang biasanya.
Ia sangat tertekan.
Tapi karena di sana ada Permaisuri Daechwita ,ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Wanita itu meminta Remy berbicara 4 mata dengannya, Hoseok boleh menemaninya.
Remy berjalan mengikuti langkah kakinya dengan perasaan benar-benar ingin sekali pulang.
"Inheyon?"
"Ya?"
"Apa aku buat kesalahan?"
"Jangan tanya sesuatu yang sudah kau tau jawabannya." Remy bersikap tidak ramah, dan itu cukup membuat permaisuri tidak enak. Bahkan orang sebesar dirinya, bisa menundukan kepala karena tidak enak hati.
"Aku dan suamiku.."
"Selamat!" Remy mengucapkan kata selamat dengan nada yang di tekan.
"Ini bukan salah..."
"Iya aku tau! Dia sudah bilang, selamat untuk kalian!" Remy masih memotong omongan permaisuri Daechwita dengan nada di tekan.
"Mau kah kau mendengarkanku sampai akhir?"
Bersambung!~ Terimakasih sudah vote, aku dapat beberapa reques untuk bikin plot twist yang banjir air mata. Jadi siap-siap~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Daechwita // Masa Lalu Yang Di Ubah
Romantik{TAMAT} + (Alternatif Ending BONUS!) "Wajahmu mirip dengan istriku..." Putra Mahkota Suga menatapku nanar. Bagaimana aku memberi taunya jikalau dalam buku sejarah istrinya mati mengenaskan.