"Yang Mulia Yoongi masih hidup ,hanya saja kita harus menunggu Hwarang Taehyung kembali ke sini untuk memberikan informasi yang kongkrit." lanjutnya.
Itu melegakan Remy, sangat melegakan.
"Ada hal lain?" Putra Mahkota Suga menatap Hwarang Namjoon yang tidak beranjak dari tempatnya setelah memberikan informasi. Mereka berdiskusi sesuatu yang penting. Terkait hal yang Remy beritahukan tadi siang.
"Namjoon..." panggil Putra Mahkota Suga yang melihat kawannya termenung memandang keluar jendela. Matanya melihat Remy, Jungkook dan Jimin yang sedang bercanda-canda di teras depan kamar Remy.
"Maafkan hamba Yang Mulia"
"Kau beristirahatlah, terimakasih sudah menjaga istana agar tetap lebih baik"
"Maafkan hamba, tapi aku hanya menjaganya dari kejauhan. Harusnya kata-kata itu di berikan pada Hwarang Tae saja. Dia lebih berhak."
"Jangan terlalu rendah hati, ketika ini semua kembali normal. Aku akan menampatkan dimana pun dirimu inginkan"
"Tapi aku tidak bisa jauh-jauh dari anda Yang Mulia."
"Apa tidak mau coba menikah?"
"Apa?!" Hwarang Namjoon tercekat mendengar pertanyaan tuannya. Putra Mahkota Suga hanya tertawa seaat dan beranjak dari tempatnya, memandang ke arah yang sama dengan mata Hwarang Namjoon, yang kini salah tingkah.
"Dia menarik, tapi dia milik adikku. Kau bisa cari yang seperti dirinya"
"Apakah adil jikalau hamba meminta pada Tuhan, di kehidupan lain biralah hamba bisa bersamanya? Entah 100 tahun lagi atau di kehidupan yang lain?"
"Adil. Mungkin juga di tidak bisa selamanya dengan adikku. Mungkin juga diam-diam adikku memikirkan hal yang sama denganmu."
"Maksud hamba apa permintaan hamba akan di dengar Tuhan? Itu terdengar konyol di mata manusia"
"Tuhan mu mengerti isi hatimu dan ketulusanmu adalah hakNya. Jangan kau ragukan doa mu itu Hwarang Namjoon. Kau selalu meminta aku baik-baik saja, kejadian kan walau kita selalu ada di situasi genting." Putra Mahkota Suga menepuk pundak Hwarang Namjoon, itu melegakan.
Sementara itu keesokan harinya ,di istana.
Permaisuri Daechwita sedang duduk di tahta samping tempat duduk utama raja. Dia merasa risau bukan main, Jendral Seokjin yang ada di sebelahnya hanya menatap dengan penuh kasihan.
"Mama..."
"Ya Jendral?"
"Apakah anda membutuhkan sesuatu? Ini masih pagi tapi anda sudah melamun"
"Aku ingin makan sesuatu tapi entah kenapa tidak lebih baik nafsu makanku"
"Anda mengkhawatirkan Yang Mulia Yoongi?"
Mendengar pertanyaan Jendral Seokjin ,Permaisuri Deachwita menyeritkan dahinya. Walaupun benar itu yang dia khawatirkan tapi ada hal lain yang lebih di khawatirkannya. Selir Hui tidak keluar kamarnya hampir seminggu, entah apa yang di pikirkannya. Mungkin ia merasa kesepian.
"Yang Mulia Yoongi akan baik-baik saja. Bersabarlah, dia akan segera membaik"
Jendral Seokjin memberi tau dengan nada halus. Ia tau bahwa keadaan tuannya mungkin belum bisa sebaik yang kemarin-kemarin karena bahunya mengalami luka yang serius, membuatnya tidak bisa menggerakan tangan kirinya sama sekali.
"Apa sudah dapat kabar soal Hwarang Jimin?" Tanya Permaisuri lagi
"Hamba belum menanyakan itu, secepatnya akan hamba tanyakan pada Hwarang Tae"
Keadaan di kerajaan memang terlihat lebih baik tapi ada hal tidak menyenangkan terjadi. Para pensihat mencoba menggerakan militer untuk mengambil ahli kerajaan. Sementara Yang Mulia Yoongi tidak keluar dari kamarnya atau menunjukkan tanda-tanda lebih baik. Seperti ada penghianat yang menggerakan rakyat untuk tidak mempercayai Permaisuri Deachwita.
Ya hanya karena dia wanita dan peranannya di kerajaan di anggap tidak terlalu tinggi. Maka dari itu terjadi beberapa kekacauan kecil. Seperti pencurian di gudang kerajaan atau pembunuhan pendukung Yang Mulia Yoongi ,terjadi di Juseon beberapa hari belakangan. Hal ini membuat Hwarang Tae & Jendral Seokjin lebih sering di tugaskan keluar istana.
"Jendral?"
"Iya mama"
"Entah perasaanku saja, tapi bagaimana jika malam ini keamanan di kamarku jangan di perketat. Aku ingin beberapa penjaga menyebar saja di lokasi tempat kejadian."
"Baik mama"
"Ada yang ingin kau beritau?"
Mendengar pertanyaan itu Jendral Seokjin menjadi salah tingkah. Ia hanya menggeleng, tidak menjawab seperti biasanya, namun permaisuri mengetahui jikalau Jendral itu sedang menutupi sesuatu. Dan tentu saja Jendral Seokjin harus memastikan sendiri pendengarannya soal kata-kata Hwarang Namjoon.
Ketika mereka berada di situasi sunyi ,Hwarang Tae masuk menghadap Permaisuri sehingga pandangan Permaisuri ,teralih ke Hwarang Tae. Setelah memberi laporan. Jendral Seokjin membuntuti Hwarang Tae yang berjalan meninggalkan aula utama menuju kamarnya.
BRAAK!!
Di dorong begitu saja Hwarang Tae sehingga tubuhnya ter tahan di dinding yang ada di belakangnya. Hwarang itu hanya mendongkak menatap mata Jendral Seokjin yang menahan air mata dan amarahnya di saat yang bersamaan. Tatapan penuh kesedihan.
"Aku tau perasaanmu hyung..."
"Aku mempercayaimu dari dulu. Sebagai marga Kim aku tidak pernah punya pikiran buruk padamu"
"Hyung...."
"Taehyung. Aku hancur!"
"Hyung" Hwarang Tae memeluk Jendral itu tapi di tepis begitu saja tangan Hwarang Tae
"Jangan hianati tuanku sekali ini saja. Aku harus berapa lama menyembunyikan ini dari permaisuri? Berapa wanita lagi yang harus hancur hatinya?"
"Hyung jangan nangis wajahmu berkerut. Nanti tua seperti paman tabib"
"Ya ampun aku lupa. Harus tetap tersenyum ,aku kan sangat tampan."
Jendral Seokjin tau apa yang akan di katakan Permaisuri Daechwita jikalau dia mengetahui suaminya masih hidup. Dan ia sudah menduga, ini bukan hal yang bisa di terima begitu saja.
Apalagi Permaisuri sangat mengerti perasaan Yang Mulia Yoongi ,si anak yang tak di anggap. Itu sebabnya Yang Mulia Yoongi tidak pernah menggunakan kekuasaannya untuk menekan Permaisuri Daechwita.
Sementara Jendral Seokjin mengetahui bahwa Remy bukanlah orang asli Juseon, dan bisa tiap saat meninggalkan Tuannya, Yang Mulia Yoongi. Hal ini tentu bukan hal baik jikalau Putra Mahkota Daegun patah hati atau hatinya hancur lagi.
Hwarang Tae pun sepakat apa yang di alami Yang Mulia Yoongi selama ini, sudah cukup untuk membuatnya bunuh diri. Dan ia tidak ingin itu terjadi.
BERSAMBUNG~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Daechwita // Masa Lalu Yang Di Ubah
Roman d'amour{TAMAT} + (Alternatif Ending BONUS!) "Wajahmu mirip dengan istriku..." Putra Mahkota Suga menatapku nanar. Bagaimana aku memberi taunya jikalau dalam buku sejarah istrinya mati mengenaskan.