Rembulan menjatuhkan bayangannya di kolam istana. Aku menopang daguku dengan kedua lututku di balkon kamar, bayangan rembulan di kolam sangat menenangkan pikiranku. Entah apa yang terjadi tadi siang ,aku mulai rindu tante.
Dia kan panikan banget, duh sudah lama juga aku disini. Semoga tante bisa tahan sebentar lagi & tidak membuat upacara pemakaman karena aku tidak pulang. Iya aku harus pulang secepatnya.
"Kalau terlalu lama di luar nanti kau sakit." Ucap suara favoritku dengan nada datar. Entah apa kebiasaannya atau memang dia kalau ke kamarku nyaris tidak pernah di diumumkan kedatangannya.
"Iya aku baru mau masuk tapi di luar pemandangannya bagus" aku tidak membalikkan badan. Benar saja, semilir angin di sini terasa dingin sekali.
"Ini..." Putra Mahkota Yoongi melebarkan mantel untuk menutupi tubuhku. Hangat sekali rasanya mantel dari bulu binatang ini, lebih hangat lagi sih kalau dia peka memelukku //Yeeeh Remy!
"Kenapa tidak ada di perpustakaan tadi?"
"Malas"
"Mananya malas, kau merajuk seperti Inwo. Lihat wajahmu tadi hah?!" Rupanya dia sadar kalau aku marah karena tadi dia mencium selir Misil di hadapanku. Ku acuhkan kata-katanya, aku masih menatap cahaya rembulan. Malas mau langsung tidur saja.
Ku langkahkan kakiku ke dalam, belum sempat aku melewati tirai, tiba-tiba Yang Mulia Yoongi memelukku dari belakang. Aku berhenti dengan kelakuannya itu. Aku tidak berani membalikkan badan atau mendorongnya menjauh. Aku masih kesal ,tapi malas menjelaskan perasaanku saat ini.
"Kau rupanya cemburu?" tanyanya
"YA!!" Aku menyingkirkan tangannya dengan cepat, dia terkejut dengan perlakuanku. Wajahku memerah memperhatikannya, aku menahan air mataku sebisaku.
Dia nampak memasang wajah terdiamnya. Sifatnya memang keras kepala, tapi untuk urusan berdebat dengan wanita dia akan memberi hormat yang tinggi, pada wanita yang menjaga attitude tentunya. Ternyata dia dengan yang di ceritakan sejarah tidak terlalu berbeda.
"YA! Bagaimana tidak cemburu, kau cium dia seenaknya seperti itu, di depan semua orang. Apa itu tadi? Terus kenapa cari aku ke perpustakaan, aku di kamar menangis seharian! Tidak mau makan juga! Aku malas keluar, sakit aku melihat itu! Menyebalkan, lihat wajahnya dia nyaris meludahiku di sana? YA!" aku mengamuk sembarin mehanan sesak di tenggorokanku karena aku menahan air mataku dengan sekuat tenaga.
Yang Mulia Yoongi membelai leherku dan menariknya lembut, di letakannya kepalaku di dadanya. Aku begitu saja menangis di pelukannya, dia membalas memelukku, di belai lembut rambutku. Dia menepuk pelan punggungku, membelainya dengan lembut.
"YA!!" Aku masih menangis sembarin memukul dadanya ,sesekali dia menarik tanganku. Menghentikan pukulanku.
Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya, sejenak aku memperhatikan dayang di dalam kamarku. Mereka menyeka air matanya sembarin tersenyum penuh haru, entah apa maksudnya. Melihat itu aku menjadi tidak enak karena merajuk cemburu seperti ini. Semilir angin tidak seperti biasanya. Bahkan menjelang malam istana yang biasanya masih agak ramai dengan banyak pegawai istana yang mondar-mandir kali ini terlihat sepi.
"Yang Mulia keluarlah...hiks... aku ingin tidur...hiks" kataku sembarin menyeka air mataku, dia hanya menyodorkan saputangan dari balik jubahnya, saat tangan kami bertemu ada sensai dingin menjalar sampai ke tengkuk ku. Tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Aku begitu saja jalan ke tempat tidurku, para dayang meninggalkan kamar tidurku.
"Selamat malam Yang Mulia..."ucapku sembarin meletakkan kepala di bantal, dia tidak bersuara, tidak juga bergeming dari tempatnya berdiri. Aku masih menahan sesak dalam tidurku.
"Maafkan aku..." ku dengar ia berkata dengan nada yang pelan namun tegas. Yang Mulia melangkahkan kaki keluar dari kamarku, saat ia menuju pintu keluar air mataku mengalir lagi.
POV Hwarang Tae
"Yang Mulia..." aku memberi hormat takala Putra Mahkota melewatiku. Tatapan matanya tidak biasa, dia terlihat sangat gusar. Baru ku lihat lagi tatapan mata itu, sesuatu yang lain.
"Hyung...ada apa?" ku tanyakan keadaan Yang Mulia Yoongi pada Jendral Seokjin yang berjalan agak jauh dan berhenti mengikuti langkah atasannya mana kala Yang Mulia Daegun mengangkat tangan kanannya.
"Ah sepertinya bertengkar dengan Selir Inheyon..." katanya dengan nada bingung
"Bertengkar? Soal?"
"Tidak ingin ku cari tau sebenarnya karena aku takut salah langkah"
"Soal?"
"Aku hanya berpikir bahwa Putra Mahkota jatuh cinta dengan gadis itu.." Jendral Seokjin memiringkan kepalanya dan mengangkat bahunya.
Apa? Sebentar apa ini tidak salah? Setauku Putra Mahkota sangat Terobsesi dengan Yang Mulia Permaisuri Daechwita. Entah apa yang di pikirkannya bisa tiba-tiba jatuh cinta dengan gadis itu. Tapi Inheyon memang sangat menarik, dari cara bicaranya sampai ke perlakuannya yang tak biasa.
"Ya! Kau mikir apa?" Jendral Seokjin mengagetkanku, ya hyung ku yang satu ini memang terkadang tipikal yang sangat suka mengejutkan orang.
"Ah ya...aneh saja"
"Apa Yang Mulia Daegun akan kembali seperti awal?"
"Kalau iya tidak mungkin dia memper istri wanita itu kan, kau tau sendiri kerajaan ini milik siapa." Aku menekan nada bicaraku di ujung, iya yang aku tau sampai kapanpun di mataku hanya Yang Mulia Suga yang di gariskan menjadi Raja.
"Ku perhatikan nada bicaramu nak." ejek Jendral Seokjin
"Baiklah bapak"
"YA! Bapak katamu?!"
"Kau memangilku nak, lalu kau ku panggil apa? Kakek?" Jendral Seokjin mengangkat dagunya, aku lebih baik meninggalkannya sembarin menahan tawa. Jatuh cinta? Entah aku harus ber ekspresi apa. Tuanku harus mendengar ini.
POV Hwarang Tae End
Bersambung....
(Kali ini tidak nulis begitu banyak uwu~~ Bersyukur ada orang-orang yg mau baca ini. Masih harus berkutat dgn pekerjaan & riset tentunya. Semoga bahunya Suga cepet pulih aminn)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daechwita // Masa Lalu Yang Di Ubah
Romansa{TAMAT} + (Alternatif Ending BONUS!) "Wajahmu mirip dengan istriku..." Putra Mahkota Suga menatapku nanar. Bagaimana aku memberi taunya jikalau dalam buku sejarah istrinya mati mengenaskan.