{TAMAT} + (Alternatif Ending BONUS!) "Wajahmu mirip dengan istriku..." Putra Mahkota Suga menatapku nanar. Bagaimana aku memberi taunya jikalau dalam buku sejarah istrinya mati mengenaskan.
Rating storyku beberapa hari tidak di update turun...aaahhh menyedihkan.\Ok akan aku update biar semnagat lagi nyelesain storynya~~~
"Geledah daerah ini!!" 5 orang berpakaian hitam-hitam menghampiri perpustakaan. Mereka membawa mata pedang yang beda dari pada mata pedang di kerajaan ini.
"Mundurlah Inheyon..." Putra Mahkota Suga mengeluarkan pedang dari sisi kirinya, menutup tubuhku dengan luarannya, kini ia mengenakan handbook tipisnya yang sudah terkena banyak noda darah "...jangan bersuara. Bersembunyilah." dia menciumku sembarin menutup pintu perpustakaan, aku tidak sempat mengatakan apapun padanya. Langkah kakinya gontai.
"Hallo Putra Mahkota"
"Hallo Bidam"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mendengar nama itu di sebut aku langsung ingat bahwa dia adalah Hwarang kepercayaan Ratu Deokman dari kerajaan Silla. Tatapan mata kejamnya mengarah tepat ke hadapan Putra Mahkota. Bidam mengeluarkan pedangnya.
Sementara ke 5 orang yang lain membentuk lingkaran, mereka juga mengelurkan pedang mereka. Melihat itu rasanya aku ingin keluar begitu saja dan menebas kepala mereka. Tapi langkah kaki ku berat.
"Siap mati?" kata Bidam dengan dendam di matanya, Putra Mahkota Yoongi hanya tersenyum licik. "Aku tidak akan bernasip seperti kakakku." balas Yoongi.
"HMMPHH!!" Aku hampir saja menangis manakala mulutku di bekap oleh Jendral Seokjin. "Ayo pergi dari sini" katanya
"Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian!" kataku dengan anda sedikit membentak.
"Tapi ini perintah Yang Mulia, aku harus membawamu ke perbatasan."
"Kenapa kau meninggalkannya?!"
"Karena dia yang memerintahkanku, sebelum setengah pasukan Bidam memasuki kerajaan ini, anda harus di amankan."
Aku bisa melihat bagaimana dia terpaksa meninggalkan tuannya sendirian. Dia terus menggandeng tanganku dengan hati-hati. Kami melewati bagian belakang istana, air mataku turun takala melihat dapur kerajaan sudah porak poranda, rupanya sebagian kerajaan ini sudah di kudeta diam-diam entah oleh siapa.
"Dimana yang lain?" tanyaku, Jendral Seokjin tidak menjawab, tiba-tiba dia berhenti di bagian gerbang merah ,kami melihat ada seorang Hwarang bertubuh besar menghabisi 7 orang sekaligus dengan mata pedangnya. Perasaanku kala itu kacau.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.