4. HIDUPKU DIMALAM HARI

7.6K 862 14
                                    

Hidup adalah permainan, jika tak bisa memainkannya maka kamu sendiri yang akan dipermainkan.

-Alana-

Jalanan di kota Jakarta bagian timur kerap sekali dikenal dengan yang namanya kemacetan, banyak polusi menyebar diudara banyak juga polisi mengatur lalu lintas dimana-mana. Banyak para pedagang kaki lima yang magang banyak pula para pengamen yang mencari uang. Banyak para anak sekolah yang sedang pulang banyak pula kendaraan yang berlalu lalang.

Pukul 14.00 adalah waktu yang selalu ramai para murid sekolah berbondong-bondong memenuhi jalanan untuk segera pulang kerumah. Meski terkadang banyak juga yang nongkrong dijalanan, aksi tawuran, bahkan bisa sampai jadi tawanan anak-anak berandalan.

Sama seperti anak sekolah lain, Alana juga ingin cepat segera pulang untuk merebahkan tubuhnya diatas benda empuk yang tak pernah mengeras - Kasur. Ya, meski kasur di rumahnya tidak terlalu empuk.

"Bang kembaliannya!" Kata Alana saat turun dari Bus.

"Lha uang nya emang berapa neng?" Tanya sang kenek Bus.

"Goceng"

"Lhaa cuma serebu doang kembaliannya juga."

"Lumayan bisa buat beli mendoan" Ujar Alana nyengir seraya mengacungkan uang kembaliannya.

"Makannya neng besok kalo udah gede jadi pejabat yah, biar bisa makan pake ayam. Gratis pula."

"Ya gratis lah orang belinya pake duit rakyat."  Alana dan kenek Bus itu sama sama tertawa. Kemudian Bus pun berjalan meninggalkan Alana didepan gang untuk memburu para penumpang jalanan.

Alana tidak terlalu kritis terhadap politik, tapi teman-teman dirusunnya selalu mengkritik politik. Kebanyakan dari mereka adalah aktivis. Jadi tak heran jika Alana mengikuti gaya mereka. Mengkritik pemerintah adalah bukan ahlinya tapi mendukung teman adalah tanggung jawabnya. Memasang solidaritas memang terlihat sulit, tapi mempertahankannya adalah hal yang wajib.

"ALANA!"

Alana membalikkan tubuhnya kala ada seseorang yang memanggilnya.

"Tumben balik cepet lo." Kata Jo mendekat sambil memainkan bolanya. Disusul teman-temannya  yang lain dibelakang Jo yang sama-sama baru pulang sekolah.

"Capek gue disekolah, pengin tidur."

"Kenapa tadi gak sekalian minta anter Genta." Ujar Aryo.

"Gak ah nanti dia malah kegeeren dikira gue suka."

Memang jika hari-hari biasa Alana akan selalu pulang sore, mungkin sekitar jam 4 sampai 5. Selain karena latihan beladiri disekolah, ia juga selalu menyempatkan nongkrong bersama teman-temannya di WB alias Warung Biru. Kecuali hari sabtu Alana pulang lebih awal untuk istirahat dan menyiapkan diri untuk malam minggunya.

"Tapi menurut gue Genta cakep kok, gak jelek-jelek amat kayak gue." Ujar Jo. "Gak salah dong kalo lo terima."

"Tau ah gak usah bahas dia. Gue capek pengin tidur banget."

"Kalo lo tidur terus hidup lo bakalan suram" Ujar Aryo seraya merangkul bahu Alana, care. "Sama kayak negara ini, terlalu banyak yang nganggur pemerintahannya jadi gak teratur."

Al La Na [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang