31. PASAR

3.5K 576 6
                                    

Ternyata ada yang jauh lebih berisik dari pasar, jantung manusia rupanya.
-Alana-

Gundukan tanah yang dilindungi oleh awak-awak keramik menjadi pemandangan utama dikawasan ini. Banyak bunga yang berhamburan diatasnya. Aura Alam yang berbeda sedikit menyeruak menyapa dunia. Tidak sepi, banyak juga yang sedang melaksanakan ziarah ditempat ini.

"Ooh jadi lo tadi mampir beli bunga buat kesini?" Tebak Alana seraya berjalan disamping Ayyan.

"Iya."

Memang tadi saat dijalan Ayyan mampir ke toko bunga untuk membeli satu buket yang ukurannya cukup besar. Dua sejoli itu belum mengganti pakaian seragamnya, mereka langsung mendatangi Tempat Pemakaman Umum ini.

"Ke makam siapa?" Tanya Alana.

"Bunda."

Alana mengangguk paham. Ayyan menunduk kemudian berjongkok seraya menaruh sebuket bunga disamping batu nisan dengan nama 'Arummati Yadawa' yang Alana duga kalau itu adalah makam Bundaya Ayyan.

"Sini." Titah Ayyan pada Alana untuk ikut berjongkok disampingnya yang langsung dituruti oleh cewek itu dengan senang hati.

"Bunda." Panggil Ayyan.

"Heh Assalamualaikum dulu."

Ayyan menoleh mengernyitkan dahinya bingung. Tapi tetap menuruti apa kata Alana. "Assalamualaikum Bunda.. "

"Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh."

Ayyan kembali menoleh. "Kok lo yang jawab."

"Kalo ada salam ya dijawab, walau itu bukan buat gue."

Ayyan tidak menggubrisnya, ia beralih menatap batu nisan Bundanya itu. "Bunda,Ini Ayyan. Ayyan boleh ngomong sama Bunda?"

"Ayyan kangen sama Bunda." Ungkap Ayyan, lidahnya terasa kelu mengucapkan kalimat itu.

Alana memperhatikannya dari samping, ia bisa melihat ada luka perih dimatanya. Rasa kehilangan orang yang ia sayang. Iya, Alana bisa merasakan apa yang Ayyan rasakan. Tapi siapa sangka hidupnya bahkan lebih dari merasakan kehilangan.

"Bunda, Ayyan gak dateng sama Ayah. Ayah sibuk ngurusin perusahaan. Ayyan kesini dateng sama..." Ayyan beralih menatap Alana. ".....pacar Ayyan."

Alana tersenyum mendengar itu.

"Ayyan udah punya pacar Bun." Ayyan terkekeh malu. "Alana, Alana Rinjani namanya. Bunda harus tau dia itu anaknya tomboy suka bikin Ayyan kesel, emosi, tapi dia juga yang bikin Ayyan bisa ketawa lagi Bund." Ungkap Ayyan.

Sedikit menyentuh hati mendengar pengungkapan Ayyan pada Bundanya. Artinya selama ini memang benar prasangkanya kalau Ayyan tidak pernah tertawa didepan publik maupun didalam. Melihat Ayyan tertawa lepas tadi saat diUKS membuat rasa senangnya bertambah berkali lipat. Apalagi mengetahui kalau dirinya yang mengembalikan tawa Ayyan.

"Eee..  Bund udah dulu ya. Kita belum ganti seragam, kapan-kapan kita kesini lagi." Ujar Ayyan.

"Udah? Cuma gitu doang?" Tanya Alana heran.

Ayyan mengangguk. "Emangnya apa lagi?"

"Lo gak kirim do'a?"

Ayyan terdiam. "Gue gak bisa." Jujurnya.

Mendengar kalimat itu Alana sedikit kaget. Tapi berusaha ia menyembunyikan ekspresi kagetnya itu. Pasalnya Ayyan itu anak yang genius dan pintar, tapi mengapa tidak bisa hanya untuk berdo'a? Pikir Alana.

"Do'a orang tua bisa?" Tanya Alana hati-hati.

"Emang gak papa kalo cuma do'a itu doang?" Tanya Ayyan ragu.

Al La Na [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang