"Sampai kapanpun lo bakal kekeuh sama ego lo, dan disitu gue gak akan pernah berhenti buat peduli sama lo."
-Ayyan-"Ck. Gak kerja apa gimana si." Gerutu Ayyan.
Cowok itu sedang duduk-duduk di dalam Cafe menunggu perempuan yang kini berstatus sebagai pacar pura-puranya. Setelah perdebatan kecil dengan Ayahnya tadi, Ayyan putuskan untuk pergi keluar, persetan dengan peraturan yang Ayahnya berikan. Jika ia keluar, tujuan utamanya adalah Cafe tempat Alana kerja. Sesekali mengawasi cewek itu dari jauhan, waspada akan ada bahaya yang menguntitnya.
"Mbak, cewek yang biasanya jadi gitaris gak dateng malem ini?" Tanya Ayyan pada salah satu barista disana.
"Yang penampilannya tomboy, pake kalung tengkorak." Ujar Ayyan lagi ketika melihat raut kebingungan pada mbak-mbak barista itu.
"Ooooh... Alana?!" Ayyan mengangguk. "Tadi pulang awal soalnya pengunjungnya gak padet jadi jobnya kepotong."
"Oke makasih mbak."
"Sama-sama mas ganteng." Ujar mbak-mbak itu genit.
Ayyan hanya mendengus kemudian pergi meninggalkan Cafe.
"Eh mas namanya siapa?!" Teriak si barista tadi.
Ayyan berdecak. "SANTOSO!" Ucapnya sedikit menoleh. Kalau saja mbak-mbak tadi tidak menginfokan keberadaan ceweknya mana mungkin Ayyan mau memberitahu namanya sendiri.
___
Motor sport hitam itu berjalan melintasi kerikil-kerikil aspal, tidak kencang tapi berjalan dengan putaran roda yang sedang. Cuaca malam ini begitu dingin nan atis. Dentingan suara bariton dari para pedagang kaki lima menggema disetiap sudut jalanan kota. Pengendara tidak terlalu padat pukul ini, mungkin masih sibuk dengan urusan masing-masing. Biarlah hari ini Ayyan membangkang Ayahnya untuk keluar malam. Lagi pula ia sudah besar, dan Ayyan merasa bukan anak kecil lagi yang harus dipantau sana-sini.
Dua motor CB dibelakangnya berhasil menarik perhatian Ayyan yang menjadi tak fokus mengendarai. Bukan hanya dua, disusul tiga motor berikutnya. Ayyan tau, Ayyan paham, dan Ayyan sangat mengenal kelima motor itu, bahkan orangnya Ayyan juga paham.
Menancap gas dan menembus angin dingin malam ini adalah pilihannya. Daripada akan menimbulkan kerusuhan dijalanan umum, lebih baik Ayyan mengalihkan perhatian mereka dengan melajukan motor tak tentu arah. Cowok itu mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, Ayyan sangat menggila-nggila dijalanan. Siapa sangka seorang Ayyan yang terlihat disiplin bisa mengendarai motornya tak pandang aturan.
"BERHENTI ANJING!!" Maki salah satu dibelakang Ayyan.
"WOI BERHENTI GOBLOK! PENGECUT LO!" Maki yang lain.
Mendengar kalimat pengecut terlontar menembus telinga Ayyan, cowok berbadan tegap dengan rahang yang tegas itu memberhentikan motornya disebuah gang sempit, cukup sepi. 'Pengecut' adalah kalimat yang tidak pernah ia temukan dalam kamus hidupnya.
"Mau apa?" Tanya Ayyan yang masih memegang helmnya, berdiri di samping motor miliknya.
"Mau apapun yang gue mau." Ucap cowok dengan motor CB didepannya.
Benar, dugaan Ayyan memang tidak pernah salah. Disana terlihat Raffa, Cargo, dan tiga antek-anteknya. Dan yang paling membuatnya lebih geram adalah dua diantara mereka berlima adalah teman sekolahnya sendiri. Bukan apa-apa, hanya saja Ayyan sengit dengan orang yang munafik didepan publik. Lantas apakah dirinya sendiri tidak munafik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Al La Na [END] ✔
Teen Fiction⚠WARNING!⚠ 13 Teror paling bersejarah yang melanda SMA Sanjaya itu semata-mata bukan rekayasa. Tapi, sebuah rencana yang nyata adanya. Alana Rinjani, berandalan terganas milik SMA Sanjaya yang hidupnya penuh keceriaan dan kenakalan. Kini telah dilum...